Wajah Adica memucat. Rasa dingin menjalari sekujur tubuhnya. Tak siap menghadapi tatapan tegas dari mata kakak angkatnya. Calvin terus mendesak. Akhirnya ia menyebut satu nama.
** Â Â Â
Atmosfer ketegangan melingkupi ruangan mewah berkarpet tebal itu. Calvin berdiri tegap, nampak gagah dan menawan dalam setelan jas Dolce and Gabbana.
"Saya sudah pelajari rekaman dan track recordmu di kantor, Sihar." kata Calvin tenang dan berwibawa. "Jujur, saya kecewa sekali denganmu. Otak brilian, kinerja bagus. Tapi ada bibit culas dalam hatimu. Dunia kerja memang kejam. Bukan begitu bentuk persaingan yang sehat."
Tak nampak kemarahan. Hanya kekecewaan yang dingin. Hal itu jauh lebih menakutkan dibanding teriak kemarahan. Lelaki berkemeja dark brown itu nyata sekali gemetar ketakutan.
"Menghalalkan segala cara bukanlah cerminan pekerja teladan. Kamu memfitnah adik saya sebagai pemimpin perusahaan yang tidak baik. Bahkan kamu menggelembungkan isu kalau adik saya korupsi. Yang kaulakukan itu sama sekali tidak terpuji, Sihar. Dan inilah alasan saya memanggilmu jauh-jauh dari Denpasar ke sini. Saya tidak ingin ada oknum-oknum culas sepertimu di perusahaan saya. Apa yang kaulakukan merugikan dirimu sendiri, Adica, saya, dan nama baik perusahaan."
Kursi yang diduduki lelaki culas itu gemeretak. Sejurus kemudian Calvin melanjutkan.
"Kamu pikir, bila rencanamu berhasil, kamu akan jauh lebih baik dari Adica? Saya pikir tidak. Sesuatu yang didapatkan dengan cara tidak baik, akan menghasilkan hal yang buruk. Perlu kautahu satu hal: Adica seratus kali lipat lebih baik darimu. Saya akan tetap mempertahankan adik saya di perusahaan, sekalipun harus menghadapi seratus oknum macam kamu."
Lelaki bernama Sihar itu menatap lantai. Mana berani ia membalas tatapan tajam Calvin?
"Sekali ini, kamu saya maafkan. Namun jika terulang lagi, saya tak akan berpikir dua kali untuk memecatmu."
Tegas, kharismatik, dan berwibawa. Aura Calvin Wan yang sesungguhnya tersingkap. Aura yang terdorong oleh kekuatan cinta. Ia lakukan ini semata demi rasa cinta pada adik angkatnya. Praktis terpancarlah aura yang sebenarnya.