"Adica, aku minta maaf kalau ada salah. Saat mengetahui penyakitmu, aku terpukul. Kukira hanya diriku yang punya penyakit serius dalam keluarga. Ternyata...kamu juga."
Hening. Adica mendengarkan, tak sedikit pun ingin menyela. Calvin meneruskan.
"Aku sangat menyayangimu. Orang yang tulus tidak akan merusak kebahagiaan orang yang disayanginya. So, mana mungkin kurebut Syifa darimu? Apa yang kaulihat sore itu tidak seperti persepsimu. Syifa hanya membantuku, karena saat itu hidungku berdarah. Epistaksis lagi..."
Hati Adica mendingin. Benarkah ini hanya salah paham? Namun, sekali lagi karena begitu besarnya cinta, ia tak mampu marah pada Calvin dan Syifa. Cinta menghalangi amarah.
** Â Â Â
Harusnya engkau mengerti
Sakitnya dikhianati
Ku tak pernah bisa membayangkan hari-hari tanpamu
Aku lelah
Aku jera
Aku rasa cinta tak berguna