Anak-anak pengusaha kaya kuliah di kampus ternama. Itu hal biasa. Namun, menjadi tak biasa ketika ketiga anak pengusaha itu sengaja menutupi siapa mereka sebenarnya. Calvin, Adica, dan Syifa terbiasa low profile. Tak banyak menonjolkan latar belakang mereka.
Entah perkuliahan pertama ada atau tiada. Hingga lima belas menit berlalu, dosen belum juga datang atau mengonfirmasi kehadirannya. Praktis para mahasiswa mulai sibuk sendiri. Mengobrol, menyibukkan diri dengan gadget, berkunjung ke kelas sebelah, menemui kekasih atau teman berkedok cinta, bukan kegiatan-kegiatan baru lagi.
Kalau si anak tengah dan anak bungsu lain cerita. Mereka penyelundup ilegal. Masuk dengan sengaja ke departemen dan ruang kuliah tempat sang kakak berada. Ingin mengintip apa yang dilakukan kakaknya. Menaruh rasa ingin tahu pada isi paperbag yang dibawa kakak mereka.
Awalnya Calvin menyibukkan diri dengan menulis artikel di blognya. Sebuah artikel ringan tentang 3d printer yang bisa digunakan untuk membangun rumah. Menuliskan dan menayangkannya, ia menutup laptopnya. Membuka paperbag yang ia bawa.
"Calvin, apa itu?" tanya Aurelia, pemenang kontes putri kampus tahun lalu dengan penasaran.
Sebagai jawaban, pemuda tampan berdarah Tionghoa itu membagi-bagikan coklat, keripik kentang, dan beberapa makanan kecil lainnya. Seluruh teman-teman sekelasnya kebagian. Mereka semua excited, seperti kejatuhan rezeki.
"Calvin, kayaknya kamu kerasukan malaikat terus ya? Baik melulu sama kita. Thanks ya," komentar Hanna dan Septian. Dua mahasiswa ini tergolong berprestasi. Septian pemenang Mahasiswa Berprestasi tingkat nasional. Hanna peraih gelar duta wisata dan mantan gadis sampul.
"Wow...enak banget. Ini coklat asli ya? Pantesan enak. Pasti mahal. Calvin, makasih ya." Aurelia bicara lagi. Tersenyum puas setelah menghabiskan coklatnya.
Tersenyum saja, tak perlu bicara. Senang bisa berbagi, itulah yang Calvin rasakan. Bukan Calvin Wan namanya kalau tidak murah hati.
Di sudut, Adica dan Syifa lekat memperhatikan. Tersenyum bangga sambil mengangkat kedua ibu jari mereka. Sekarang tahulah mereka nasib coklat dan makanan kecil yang tersimpan di dalam paperbag. Kakak mereka memang baik hati. Jika berbagi, tak segan memberi yang paling baik.
"Calvin, ini enak banget. Pasti mahal."