Udara dingin pagi itu, langit berselimut barisan awan hitam. Tak menyurutkan langkah Calvin dan Silvi untuk melewatkan waktu pagi di taman rumah mereka yang cukup luas.
"Terima kasih cerita indah yang kaubacakan, Cinta." ujar Silvi penuh perasaan.
"Sama-sama. Aku lelah. Bolehkah aku berbaring sebentar?" pinta Calvin.
Sejurus kemudian ia berbaring di pangkuan Silvi. Silvi membelai rambut Calvin. Terperangah merasakan beberapa helai rambut menempel di telapak tangan. Tak salah lagi. Kejamnya obat-obatan pembunuh sel kanker itu. Mata Silvi berkaca-kaca.
"Tak apa-apa, Silvi...tak apa-apa. Jangan terlalu banyak khawatir." Calvin menenangkan.
Hening. Selama sepersekian menit, Calvin berbaring tak bergerak. Wajahnya bertambah pucat dari hari ke hari. Kondisi kesehatannya terus menurun.
"Silvi?"
"Ya?"
"Aku rela sisa hidupku dihabiskan untuk menemanimu. Dan aku ingin kamu bahagia."
Hati Silvi bergetar. "Kamu telah lama menemaniku, Cinta. Aku juga mau terus menemanimu."
Menghela nafas berat, Calvin melanjutkan.