Cinta, panggilan sayang Silvi untuk Calvin. Ia lihat sendiri. Di kantor itu tengah banyak masalah. Kelakuan para bawahan yang keterlaluan, ditambah ketidakmampuan mereka mengurusi masalah pekerjaan, tak membuat Calvin habis sabar. Lembut, namun tetap tegas dan berwibawa, itulah tipe kepemimpinan pendamping hidup Silvi.
Pelan-pelan Silvi melangkah mundur. Berbalik menuju mobilnya. Cinta bisa melembutkan hati.
** Â Â
Tatapan sedingin baja beku itu hadir lagi. Kesalahan tertumpahkan padanya. Gerakan tangan Calvin terhenti. Niat untuk meng-update isi blognya dengan artikel tentang ulasan film The Greatest Showman pun surut.
"Maaf kalau aku salah, Silvi."
Dagu Silvi terangkat dengan angkuh. Ia bertolak pinggang, lalu menatap tajam suami super tampannya.
"Ini semua gara-gara kamu,"
Kekecewaan yang dingin jauh lebih menyiksa dibanding teriak kemarahan. Siksaan itu sungguh sakit.
"Aku memang tidak sempurna. Tapi kupikir...menemukan ketidaksempurnaan adalah jalan menuju kesempurnaan."
Amplop di tangan Silvi melayang. Jatuh, lalu mendarat mulus di karpet. Calvin menangis, hidungnya berdarah. Ini semua kesalahannya. Jika Hipernefroma tak pernah ada, mungkin dia dan Silvi akan bisa memiliki buah hati.
** Â Â Â