Di villa, Calvin bertemu tiga sahabatnya: Anton, Albert, dan Revan. Albert tak lain dokter spesialis Onkologi yang menanganinya. Anton seorang pemilik restoran yang telah membuka cabang di beberapa kota. Revan adalah teman kuliahnya yang kini menjadi Rektor termuda di universitas swasta milik keluarga besarnya.
Anton, Albert, dan Revan menghiburnya. Mereka membesarkan hati Calvin. Di mata mereka, Calvin ayah yang baik. Calvin hanya perlu lebih banyak bersabar untuk meluluhkan hati Silvi.
Calvin merasa tenang dengan motivasi ketiga sahabatnya. Sebelum kembali menemui Silvi, ia dan sahabat-sahabatnya menyempatkan diri berjalan-jalan di sekitar villa. Saat itulah Revan menceritakan kalau di universitasnya kekurangan dosen pengajar mata kuliah ekonomi dan bisnis. Ia menawari Calvin untuk mengajar di universitasnya. Sebab ia tahu kemampuan Calvin dan latar belakang pendidikan S1 dan S2nya. Calvin minta waktu untuk berpikir. Ia takut waktunya tersita untuk mengajar. Bisa-bisa Silvi tak terurus lagi.
Saat akan membuka pintu mobilnya untuk beranjak pulang, Calvin kembali merasakan sakit. Anton, Albert, dan Revan mencemaskannya. Albert menegurnya karena Calvin bolos hemodialisa lagi. Calvin muntah darah, dan selama beberapa hari ke depan dia hanya boleh minum tak lebih dari 1 liter sehari. Sudah terjadi penumpukan cairan di tubuhnya. Alhasil Calvin harus menggunakan sendok kecil jika ingin minum. Minum setelah makan pun tak boleh sembarangan, harus menunggu setengah jam setelahnya. Keadaan yang cukup menyiksa ini membuatnya menyesal bolos cuci darah.
Bab 14:
Terlepas dari keadaan yang membuatnya tersiksa, Calvin berusaha terlihat segalanya baik-baik saja di depan Silvi. Saat itu Silvi sedang sedih. Ia baru saja menerima hadiah sebuah novel yang sangat disukainya. Namun dia tak bisa membaca novel itu, karena penglihatannya sudah sangat menurun.
Calvin tak ragu membacakan buku tebal itu untuk Silvi. Sebuah novel tentang cinta. Padahal Calvin sama sekali tak menyukai romance. Demi Silvi, ia mau membacakannya.
Tiap hari, Calvin membacakan buku itu untuk Silvi. Meskipun Silvi sering melukai perasaannya, menguji kesabarannya, Calvin tetap membacakan buku itu dengan penuh cinta. Hati Silvi mulai tersentuh.
Bab 15:
Tangan kanan Calvin meninggal. Keadaan jaringan supermarket mulai goyah. Saat menghadiri tahlilan peringatan kematian orang kepercayaannya, Calvin kembali kesakitan. Disembunyikannya dari Silvi dan para tamu.
Ia serahkan bisnis retail itu pada staf-staf terdekatnya. Calvin masih tak mau kembali ke kantor. Alasannya sama: demi Silvi.