Sayangnya, Silvi enggan diajari ayahnya. Ia belajar dengan malas-malasan, terkadang berpura-pura bodoh untuk membuat Calvin kesal. Kesabaran Calvin begitu besar saat menghadapi Silvi. Selain itu, ia tahu kalau putrinya ini pintar.
Di sela kesibukannya mengajar dan mengasuh Silvi, Calvin konsisten mengelola blog pribadinya. Ia namai blog itu melodisilvi.com. One day one article, itulah target Calvin. Artikel-artikelnya selalu ditunggu para pembaca setianya. Calvin tak kalah produktif dan inspiratifnya dengan para blogger lainnya di era literasi digital seperti sekarang ini.
Diam-diam, Silvi mengamati kesibukan ayahnya. Mau tak mau ia mengagumi Calvin yang konsisten dan produktif dalam meng-update blognya. Kekaguman itu tak ia tunjukkan.
Bab 5:
Makin hari, makin besar penolakan Silvi pada Calvin. Ia tak mau diajari Calvin lagi. Ia bahkan mengancam tak mau belajar materi pelajaran apa pun lagi.
Sia-sia Calvin membujuk Silvi. Gadis itu enggan belajar dengannya. Pagi hari hingga menjelang siang yang biasa digunakan untuk belajar, kini Silvi gunakan untuk main game dan boneka. Bujukan Calvin tak didengarkannya.
Frustrasi, Calvin berdoa meminta petunjuk. Ia tak tahu lagi apa yang harus dilakukannya.
Bab 6:
Julia, Calisa, dan Rossie, datang ke rumah. Mereka adalah sepupu-sepupu Silvi. Anak-anak dari sepupu Calvin. Ketiga anak perempuan itu sangat dekat dengan Silvi.
Silvi mengajak mereka masuk ke kamarnya. Ia ceritakan kekesalan dan kebenciannya pada Calvin. Julia, Calisa, dan Rossie menasihatinya. Biar bagaimana pun, Calvin ayah Silvi. Paling tidak Silvi harus menghormatinya.
Nasihat ketiga sepupunya ia bantah. Menurut Silvi, seorang ayah yang baik takkan meninggalkan anaknya selama bertahun-tahun tanpa kabar. Julia meyakinkan Silvi, pastilah Calvin punya alasan untuk meninggalkannya selama itu. Hati Silvi mengeras. Tapi ia menurut ketika Calisa dan Rossie memintanya untuk belajar lagi bersama ayahnya.