Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Spesial] Mata Pengganti, Pembuka Hati: Demi Orang yang Lembut Hatinya

15 Februari 2018   06:23 Diperbarui: 15 Februari 2018   07:15 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kenapa, Syifa? Kenapa menolakku hanya karena kakakmu yang sakit..."

Plak!

Sebuah tamparan mendarat di pipi Andy. Tangan Syifa terangkat, gemetar  sampai ke ujung-ujung jari.

"Jangan pernah...hina kakakku." Bergetar hebat suara Syifa saat mengucapkannya.

Perlahan Andy melangkah mundur. Sia-sia rencana lamarannya yang telah diatur seromantis mungkin. Melamar di Hari Valentine, dengan cincin berlian mahal, lagu cinta diiringi biola, sebuket besar mawar putih, dan kalimat berdaya magis. Semuanya sia-sia.

"Ok maaf, Syifa. Tapi...aku yakin, para perawat dan dokter yang kalian bayar mahal akan merawat kakakmu sampai sembuh. Jadi, kamu bisa menikah."

Tangan Syifa bergerak membuka tasnya. Mengeluarkan tab, memperlihatkannya.

"Bit Coin, Berkembang Sebelum Waktunya. Oleh Calvin Wan. Ini artikel kakakmu, kan?" Andy membacanya.

"Iya. Sepuluh hari lalu. Ini tulisan terakhirnya sebelum dia sakit. Sakit yang sangat, sangat parah hingga membuatnya tidak bisa menulis. Biasanya, Kak Calvin selalu kuat di tengah sakitnya. Tapi sekarang berbeda...aku tahu, ada yang berbeda. Andy, aku akan jahat sekali bila menikah dan berbahagia denganmu sedangkan kakakku sakit parah."

Mata Andy menatap Syifa lekat. Kesedihan di sana, kecewa di sana.

"Syifa Ann...sepertinya kamu jatuh cinta dengan kakak kandungmu sendiri. Apa kamu terpikir untuk inses?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun