"Kenapa, Syifa? Kenapa menolakku hanya karena kakakmu yang sakit..."
Plak!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Andy. Tangan Syifa terangkat, gemetar  sampai ke ujung-ujung jari.
"Jangan pernah...hina kakakku." Bergetar hebat suara Syifa saat mengucapkannya.
Perlahan Andy melangkah mundur. Sia-sia rencana lamarannya yang telah diatur seromantis mungkin. Melamar di Hari Valentine, dengan cincin berlian mahal, lagu cinta diiringi biola, sebuket besar mawar putih, dan kalimat berdaya magis. Semuanya sia-sia.
"Ok maaf, Syifa. Tapi...aku yakin, para perawat dan dokter yang kalian bayar mahal akan merawat kakakmu sampai sembuh. Jadi, kamu bisa menikah."
Tangan Syifa bergerak membuka tasnya. Mengeluarkan tab, memperlihatkannya.
"Bit Coin, Berkembang Sebelum Waktunya. Oleh Calvin Wan. Ini artikel kakakmu, kan?" Andy membacanya.
"Iya. Sepuluh hari lalu. Ini tulisan terakhirnya sebelum dia sakit. Sakit yang sangat, sangat parah hingga membuatnya tidak bisa menulis. Biasanya, Kak Calvin selalu kuat di tengah sakitnya. Tapi sekarang berbeda...aku tahu, ada yang berbeda. Andy, aku akan jahat sekali bila menikah dan berbahagia denganmu sedangkan kakakku sakit parah."
Mata Andy menatap Syifa lekat. Kesedihan di sana, kecewa di sana.
"Syifa Ann...sepertinya kamu jatuh cinta dengan kakak kandungmu sendiri. Apa kamu terpikir untuk inses?"