"Tidak."
"Aku takut kamu terpengaruh dan lebih memilih mereka."
Mata itu meredup. Bukan karena kantuk, tapi karena sedih. Silvi mengalungkan lengannya di leher Calvin.
"Ini pilihanku, Silvi. Tak perlu peduli pertanyaan dan perkataan orang lain."
"Bagaimana dengan teman wanitamu yang cantik itu? Si pengajar bimbingan belajar itu?"
"Tidak...tidak apa-apa."
Sorot menenangkan terpancar di mata itu. Menguatkan hati Silvi yang rapuh. Memberi damai di sudut jiwanya.
** Â Â Â
Ada cinta yang sejati
Ada sayang yang abadi
Walau kau masih memikirkannya