Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Special] Mata Pengganti, Pembuka Hati: Hari Ini Aku Masih Hidup

23 Januari 2018   06:03 Diperbarui: 23 Januari 2018   08:09 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: www.religionerased.files.wordpress.com

"Aku kesal. Aku bingung. Sudah dua kali aku dapat notifikasi ini."

Syifa menunjukkan smartphonenya. Calvin membacanya. Langsung saja ia paham apa yang terjadi. Masalah dengan kartu kredit rupanya.

Beruntung Syifa mengadu dan mengeluh pada Calvin. Bayangkan bila masalah ini dia adukan pada Adica. Bukannya dapat solusi, mungkin hanya bentakan dan hardikan keras saja. Calvin yang penyabar dan pengertian itu takkan membiarkan adik bungsunya yang manis terjebak dalam masalah.

"Syifa, blokir saja kartu kreditnya." Calvin menyarankan.

Si bungsu berwajah manis itu mengangguk lemah. Merebahkan kepalanya di pundak Calvin. Memperlihatkan sisi manjanya. Pada kakak sulungnya inilah Syifa bisa bermanja-manja.

"Bisa dipahami, Syifa Sayang. Makanya, lain kali langsung hapus datanya tiap kali belanja online. Ambil positifnya saja. Jadikan sebagai pengalaman buatmu." ujar Calvin lembut. Mengusap rambut Syifa.

"Iya, Kak. Ah...ini bukan hari yang menyenangkan."

Tak hanya atasan yang baik. Calvin pun kakak yang baik. Selalu ada untuk adik-adiknya. Selalu bersedia membantu kapan pun dibutuhkan. Beruntungnya Syifa memiliki kakak setampan dan sebaik Calvin.

Membantu dan memberikan saran untuk Syifa, Calvin malah mendapat ide untuk tulisannya. Tak butuh waktu lama baginya untuk menuangkan ide dalam artikel. Mengingatkan pembaca setia blognya akan risiko penggunaan kartu kredit untuk belanja online.

Tenggelam dalam keasyikan menulis membuat Calvin lupa waktu. Jam kantor sudah habis. Namun ia masih di ruangannya, senang sekali dengan hobi literasinya. Andai saja tak ada seseorang yang mengetuk pintu dari luar, mungkin dirinya akan tetap di sana sampai satu jam ke depan.

Yakin sepenuhnya kali ini bukan Syifa. Ia persilakan saja pengetuk pintu untuk masuk tanpa beranjak untuk membukanya. Seorang lelaki berkulit gelap dan bermata lebar dengan kemeja coklat sederhana memasuki ruangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun