Taman mendadak sunyi. Semua anggota keluarga terpaku menatap Calvin. Calvin yang tampan, memeluk Silvi yang cantik. Calvin yang terlihat begitu dewasa dan rupawan dalam usianya.
Laki-laki itu, Yogi, calon suami Sarah, tak kalah kagetnya. Mendapati calon adik iparnya dipeluk pria Tionghoa yang sangat tampan. Ia menatap Sarah penuh tanya.
"Sarah, siapa pria itu?"
"Entahlah. Tapi...yang kutahu, dia sangat dekat dengan adikku."
Yogi mengangkat alisnya, sangsi. Lelaki 28 tahun berdarah Jawa-Melayu-India itu menatapi Calvin makin penasaran. Lebih penasaran lagi melihat Silvi, yang notabenenya jarang sekali dekat dengan seorang pria, bisa sedekat itu dengan Calvin.
"Kamu penasaran? Tanya dong. Sapa Silvi, dekati dia." bujuk Sarah.
Dibujuk calon istrinya, Yogi terdiam. Enginer tampan berhidung mancung itu ragu. Sebab ia tahu sikap Silvi. Ia tahu, Silvi belum bisa menerima dirinya seutuhnya.
Tepat pada saat itulah Calvin menangkap kerlingan mata Yogi. Ia memainkan perannya dengan baik. Sukses membuat orang penasaran. Dipereratnya pelukan di tubuh Silvi. Belaiannya di rambut gadis itu kian lembut.
Sedetik kemudian...Calvin mencium Silvi. Ya, Calvin Wan mencium Silvi Mauriska.
Adegan itu membuat rasa penasaran terus membesar. Mengapa Calvin sebegitu nekat mencium Silvi di depan seluruh keluarganya? Seakan ini hal biasa, Silvi melingkarkan lengannya di leher Calvin. Memajukan bibir mungilnya, kemudian membalas ciuman Calvin.
Sesuatu yang lembut, hangat, basah, dan manis mendarat di bibir Calvin. Ternyata, begini rasanya dicium gadis secantik dan seanggun Silvi. Saat itu, wajah Silvi begitu dekat dengannya. Seraut wajah cantik yang memikat. Calvin nyaris tak tahan terbius pesonanya.