"Iya."
"Benarkah itu, Yogi Sayang?" sela Sarah.
Berbalik menatapi calon istrinya, Yogi berkata sejelas-jelasnya. "Saya cinta kamu karena Allah."
Kalimat magis penuh daya cinta. Hati Silvi bergetar mendengarnya. Lututnya terasa lemas. Air matanya mengalir. Dengan lembut tetapi sigap, Calvin menghapus air mata di wajah Silvi.
Silvi menangis. Lalu ia rebah di pelukan Calvin. Ditatapnya blogger super tampan mantan Koko DKI Jakarta itu penuh rasa terima kasih. Calvin memang luar biasa. Ia berhasil mendamaikan Yogi dan Silvi. Mencairkan kebekuan mereka. Menghangatkan relasi persaudaraan yang semula dingin. Calvin Wan, sosok istimewa pembawa kedamaian. Tampan wajahnya, tampan hatinya, lembut sikapnya, kharismatik auranya, pintar mendamaikan itulah dirinya.
** Â Â Â
"Calvin, terima kasih...terima kasih kamu mau mendamaikan aku dan Yogi."
Entah sudah keberapa kalinya Silvi berterima kasih. Bahkan, sampai kini mereka hanya berdua di studio musik, Silvi tak bosan-bosannya mengucap terima kasih.
"Sudah, Silvi. Sudah...kalau begini terus, aku takut pahalaku berkurang. Nanti aku jadi riya'." Calvin tertawa kecil, mengacak-acak rambut Silvi.
Semuanya telah usai. Perdamaian tercipta. Allah sekali lagi menurunkan keajaiban dan kasih yang indah lewat kedua tangan Calvin. Calvin Wan yang lembut dan penyabar, akhirnya berhasil menjadi pendamai.
Sebelum pulang, Yogi terlihat menunjukkan kasih sayangnya pada Silvi. Gadis itu diberinya hadiah berupa sekotak coklat kesukaannya. Diajaknya makan siang bersama. Dijanjikannya beberapa kotak coklat lagi jika ia kembali dari penugasannya di perbatasan Malaysia.