"Ya. Kata dokter begitu."
Albert menimpali. "Doakan saja Clara dan anak kalian. Semoga mereka baik-baik saja."
Perkataan bijak sang calon Romo berdarah campuran Jawa-Jerman-Skotlandia diamini mereka berempat. Kali ini, Silvi beralih menatap Albert. Anak kalian? Rupanya Albert sudah ikhlas. Ikhlas seikhlas-ikhlasnya menyerahkan hasil dari benih keturunannya pada Calvin Wan. Sebenarnya, siapakah pria berhati seluas samudera? Albert ataukah Calvin?
Sama seperti Silvi, Calvin menatap Albert. Ada pancaran rasa terima kasih dalam tatapannya. Pria berdarah Tionghoa itu tak mampu merangkai kata indah, tapi ekspresi dan body languagenya bicara lebih akurat. Albert membalas tatapan Calvin. Menegaskan tanpa kata bahwa ia tak perlu berterima kasih.
Kontak mata antara Albert dan Calvin hanya mampu dipahami Silvi. Sebab hanya Silvi yang tahu, benih siapa yang tertanam di rahim Clara. Baik Anton maupun Sarah sama sekali tak tahu apa-apa.
Jam demi jam berlalu menegangkan. Sampai akhirnya, operasi selesai. Dokter keluar membawa kabar gembira. Rasa syukur mengalir seketika. Membayar lunas ketegangan dan kecemasan yang ada.
Bayi cantik itu terlahir sehat. Kulitnya putih, wajahnya sangat cantik. Mirip Clara waktu kecil. Begitu gemasnya mereka sampai-sampai berebutan ingin menggendongnya.
Ketika semua orang sibuk memotret dan mencubiti pipi bayi cantik itu, Calvin memeluk Clara. Menciumi pipi istrinya. Membisikkan ucapan selamat karena telah melewati proses ini.
"Kamu wanita hebat, Clara." puji Calvin tulus.
"Ini semua karena doamu, Calvin." Raut wajah Clara melembut ketika mengatakannya.
"Terima kasih telah melahirkan anak yang sangat cantik. Insya Allah dia akan jadi anak baik."