Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Empat Hati, Empat Pasang Mata, Empat Sosok Pembawa Cinta (2)

15 Januari 2018   06:17 Diperbarui: 15 Januari 2018   08:19 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ya. Kata dokter begitu."

Albert menimpali. "Doakan saja Clara dan anak kalian. Semoga mereka baik-baik saja."

Perkataan bijak sang calon Romo berdarah campuran Jawa-Jerman-Skotlandia diamini mereka berempat. Kali ini, Silvi beralih menatap Albert. Anak kalian? Rupanya Albert sudah ikhlas. Ikhlas seikhlas-ikhlasnya menyerahkan hasil dari benih keturunannya pada Calvin Wan. Sebenarnya, siapakah pria berhati seluas samudera? Albert ataukah Calvin?

Sama seperti Silvi, Calvin menatap Albert. Ada pancaran rasa terima kasih dalam tatapannya. Pria berdarah Tionghoa itu tak mampu merangkai kata indah, tapi ekspresi dan body languagenya bicara lebih akurat. Albert membalas tatapan Calvin. Menegaskan tanpa kata bahwa ia tak perlu berterima kasih.

Kontak mata antara Albert dan Calvin hanya mampu dipahami Silvi. Sebab hanya Silvi yang tahu, benih siapa yang tertanam di rahim Clara. Baik Anton maupun Sarah sama sekali tak tahu apa-apa.

Jam demi jam berlalu menegangkan. Sampai akhirnya, operasi selesai. Dokter keluar membawa kabar gembira. Rasa syukur mengalir seketika. Membayar lunas ketegangan dan kecemasan yang ada.

Bayi cantik itu terlahir sehat. Kulitnya putih, wajahnya sangat cantik. Mirip Clara waktu kecil. Begitu gemasnya mereka sampai-sampai berebutan ingin menggendongnya.

Ketika semua orang sibuk memotret dan mencubiti pipi bayi cantik itu, Calvin memeluk Clara. Menciumi pipi istrinya. Membisikkan ucapan selamat karena telah melewati proses ini.

"Kamu wanita hebat, Clara." puji Calvin tulus.

"Ini semua karena doamu, Calvin." Raut wajah Clara melembut ketika mengatakannya.

"Terima kasih telah melahirkan anak yang sangat cantik. Insya Allah dia akan jadi anak baik."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun