Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Empat Hati, Empat Pasang Mata, Empat Sosok Pembawa Cinta (2)

15 Januari 2018   06:17 Diperbarui: 15 Januari 2018   08:19 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Clara tersenyum. Mendengarkan rekaman suara Calvin saat membacakan buku untuk Silvi. Bibir mungilnya bergerak pelan, tak tahan untuk tidak melontarkan kritikan.

"Powernya kurang...artikulasinya juga. Intonasinya kurang tepat. Makanya sebelum membacakan pada Silvi, interpretasi dulu. Baca dulu dalam hati, terus pahami isinya. Jadi, kamu bisa menyampaikannya dengan benar. Kamu belum fasih berbahasa Arab dan Turki ya?" komentar Clara.

"Iya. Maaf Clara, aku belum bisa. As you know, aku baru pertama kali membaca potongan-potongan dialog bahasa Arab dan Turki. Sorry ya..." kata Calvin meminta maaf.

"Jangan meminta maaf padaku. Minta maaflah pada Silvi. Kamu kan membacakan buku ini untuknya. Silvi terlalu baik, dia takkan mengomentari kesalahan dan kekuranganmu."

Ya, Clara benar. Gadis cantik dengan iris mata berwarna biru itu takkan mengomentari kekurangan Calvin. Bukannya takut atau tak enak, namun ia hanya menghargai Calvin.

"Aku to the point ya. Kemampuan story tellingmu masih kurang dibandingkan aku dan Sarah."

"Iya, Clara. Ini kan pengalaman pertama. Lagi pula, kamu menyamakan kemampuanku dengan orang yang pandai public speaking, pemenang kompetisi pidato Bahasa Inggris, alumni program student exchange, story teller, dan mantan anggota teater. Jelas beda jauh. Aku belum semahir itu, Clara."

"Jam terbangmu belum sebanyak Sarah."

Tersinggung? Marah? Sama sekali tidak. Calvin terbuka menerima kritikan. Tak terkecuali dari istrinya sendiri. Toh memang Clara lebih berpengalaman darinya. Tak ada alasan untuk menolak kritikan.

"Kamu tahu? Jika kisah di buku ini sedih, Sarah akan benar-benar membacakannya dengan nada dan ekspresi yang sedih. Dia menginterpretasi, memahami, lalu menyampaikannya pada Silvi. So, pesannya benar-benar sampai. Aku belajar banyak pada Sarah, how to be a good story teller."

Mendengar itu, Calvin memegang tangan Clara. Mendekatkan wajahnya ke wajah wanita itu. Menatap matanya lekat-lekat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun