Sementara Calvin sibuk dengan Aurora dan artikel terbarunya: dukungan terhadap jaringan internet yang netral. Dia tak pernah tahu bagaimana rasanya menjadi Silvi. Yang dipahaminya, ada dua wanita yang dekat dan menempati ruang luas di hatinya: Clara dan Silvi. Calvin tak tahu dan tak pernah mau tahu. Baik Silvi maupun Clara tengah mencintai dalam kehampaan.
** Â Â
Bicara tentang Clara, wanita Aries itu pun tengah merasakan kehampaan. Relasi cintanya dengan Adica terasa begitu hampa. Tak aada artinya. Mungkin lantaran terlalu lama tanpa kemajuan. Mungkin pula karena hadirnya orang ketiga. Hati Clara telah mencinta yang lain.
Di taman belakang, Clara dan Adica berdiri bersebelahan. Saling tatap. Jemari Clara terlepas dari rengkuhan tangan Adica.
"Adica, bagaimana jika kita akhiri saja? Aku...aku tak bisa bertahan lagi." Tetiba saja, Clara melontarkan vonis mati untuk hubungan mereka.
Adica terperangah. Begitu mendadak, begitu cepat.
"Why? Mengapa tiba-tiba kamu ingin mengakhirinya, Clara?" Adica setengah memaksa, menatap lurus-lurus mata kekasihnya.
"Aku sudah tidak tahan...aku tidak bisa lagi berpura-pura." desis Clara, menunduk menatap rumput.
"Apa yang membuatmu tak tahan?"
Clara berpaling, menghindari pandangan Adica. Raut wajahnya dingin tanpa ekspresi.
"Sudahlah. Aku merasa, tak ada gunanya lagi kita pertahankan ini semua. Bye, Adica."