Namun, cinta berada di luar logika. Cinta tak bisa disalahkan. Terlarang atau bukan, cinta tetaplah cinta. Rasa yang tercipta dari hati, anugerah Tuhan yang begitu indah.
Calvin dan Clara berpelukan. Hangat mengalir di tubuh Clara, hangat yang sama menjalari tubuh Calvin. Cinta di hati mereka tak mungkin tersembunyi lagi. Meski terlarang, meski mereka tidak mungkin bersatu.
"Bagaimana jika Adica tahu?" desis Clara.
"Suatu saat nanti, kita harus jujur. Kita tak bisa menyembunyikan cinta ini selamanya."
Sebuah kenyataan. Kenyataan bahwa cinta mereka terlarang. Tak bisa lama-lama disembunyikan.
"Calvin, masih mungkinkah kita bersatu?" Clara bertanya lagi.
"Nothing impossible. Sayangnya...kamu kekasih adikku. Mencintaimu sama saja merebut kebahagiaan adik kandungku sendiri. Kamu tahu? Adica sangat mencintaimu."
Bolehkah, sekali saja cinta menunjukkan keegoisannya? Tanpa sadar Clara mempererat pelukannya di tubuh Calvin. Menatap dalam-dalam mata pria tampan itu.
Tatapan Clara menghanyutkan hati Calvin. Rengkuhannya bertambah erat. Mempersempit jarak di antara mereka, Calvin kembali melakukan sesuatu yang menciptakan desir hangat di hati Clara: French Kiss. Ya, Calvin Wan mencium Clara Carolina.
Calvin menekan lembut bibir Clara dengan bibirnya. Mata Clara terpejam, menikmati sensasi hangat nan lembut menyapu bibir indahnya. Bahagianya bisa sedekat ini dengan orang yang dicintai. Merasakan eratnya pelukan, hangatnya ciuman, dan teduhnya tatapan mata.
Mencium Clara membangkitkan bahagia di hati Calvin. Kehangatan itu, kelembutan itu, sensasi yang persis sama saat ia mencium Angel. Seolah Angel kembali hidup dalam sosok Clara. Calvin merindukan Angel, putri angkatnya yang telah meninggal. Kerinduannya justru tertebus dengan hadirnya Clara.