Aku terima kamu apa adanya." Saya pribadi takkan percaya begitu saja. Kalau perlu, ujilah kesetiaan mereka dengan cara tertentu. Semacam tes kecil yang berguna.
Kesetiaan bukan dibuktikan dengan kata-kata. Tetapi dengan perbuatan dan kasih. Setia akan hadir bila kita tetap ada di sisi orang yang dicintai sekalipun ada pilihan yang lebih baik di depan kita.
Setia itu tidak melupakan, tidak mengabaikan, dan tidak meninggalkan. Setia itu tetap bertahan pada satu pilihan. Kesetiaan dan konsistensi itu mahal harganya.
Ruang lingkup kesetiaan sangat luas dalam pandangan saya. Tidak hanya kesetiaan pasangan kekasih. Setia antara ayah dengan anak, keluarga, teman, sahabat, almamater, perusahaan/lembaga/institusi tertentu, itu pun layak diperhitungkan.
Godaan selalu datang, namun tergantung bagaimana cara kita menahannya. Tetap setia atau tergoda pada pilihan yang lebih baik? Semuanya kembali ke diri kita masing-masing.
Bicara itu mudah. Teori lebih gampang dari praktik. Percayalah, saya berani berpendapat seperti ini setelah melewati berbagai pengalaman yang mengajarkan tentang pentingnya kesetiaan dan konsistensi. Beberapa peristiwa yang saya alami membuat saya sadar betapa berharganya kesetiaan.Â
Saya pernah dilupakan dan ditinggalkan. Rasanya sakit sekali. Saya tidak ingin melakukannya pada orang-orang yang benar-benar saya cintai.
Mulai saat itu, saya berjanji untuk selalu meluangkan waktu buat orang-orang yang saya cintai, sesibuk apa pun saya.
Pokoknya dalam sehari, saya pastikan selalu jaga komunikasi dengan orang-orang yang saya cintai, dimana pun dan apa pun yang tengah saya lakukan.
Sedikitnya orang yang dekat dan saya sayangi membuat saya sangat menghargai waktu, kesetiaan, serta komunikasi.
Sebab saya tahu bagaimana sakitnya dilupakan. Jangan sampai apa yang terjadi pada saya, terjadi pula pada orang lain. Orang-orang yang kenal baik dengan saya tahu itu.