Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

[Bukan Blog Competition] 9 Tahun Kompasiana, Menulis dengan Cantik dan Tebar Pesona

26 Oktober 2017   06:24 Diperbarui: 26 Oktober 2017   08:14 1340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis di Kompasiana menjadi media katarsis untuk saya. Meski tidak selamanya manjur, namun paling tidak saya pernah merasakan manfaat positifnya. Terkadang, saya merasa tulisan-tulisan saya tidak berguna. Hanya sebatas curahan hati gadis kecil yang kesepian (memang kenyataannya saya kesepian, makanya curhat dan nulis kan). Tulisan-tulisan saya terkesan "sinetron banget" atau ala metropop gitu. Lihat saja, banyak adegan menangis dan menumpahkan air mata dalam kisah-kisah fiksi saya. Parah kan melankolisnya? Tapi saya tak peduli. Yang penting, saya selalu berbagi hal positif, dan saya tidak pernah menulis artikel provokatif yang menyinggung SARA atau hal negatif lainnya. Saya juga tidak suka menyentuh ranah politik yang notabenenya topik sensitif di Kompasiana.

Soal rubrik politik ini menjadi tanda tanya besar di hati saya. Mengapa artikel-artikel politik mudah sekali masuk jajaran terpopuler dan nilai tertinggi di Kompasiana? Mengapa artikel politik selalu mengundang banyak komentar? Apakah sebegitu rumitnya politik sampai tak ada habisnya untuk diulas? Entahlah, jawabannya ada di penulis dan pembaca artikel politik. Saya pribadi tidak suka politik. Sekadar menyimak artikelnya saja. Dari pada politik, lebih baik saya mengulas dunia musik, medis, psikologi, dan modeling. Lebih menarik dan mengasyikkan. Dibanding harus bertengkar hanya gegara politik yang tidak pernah ada habisnya. Lebih baik saya jadi diri sendiri dan tetap tebar pesona dengan cara sendiri.

Satu lagi pertanyaan tentang Kompasiana yang menggelitik hati saya. Seperti halnya di dalam dunia kerja, sekolah/kampus, organisasi, dan komunitas tertentu, ada saja yang namanya cinta lokasi. Apakah di Kompasiana ini pernah ada cinta lokasi? Pernahkah ada Kompasianer yang saling jatuh cinta, menikah, atau membangun jenis hubungan tertentu? Saya pikir, jatuh cinta pada seseorang lewat tulisannya bukan hal mustahil di zaman sekarang ini. Lantas, pernahkah ada couple-couple di Kompasiana atau semacamnya itu? Misalnya, ada pasangan Kompasianer cantik dan Kompasianer tampan? Maafkan bila pertanyaan saya aneh. Hanya intermezo dan selintas pikiran out of the box di kepala saya. Ada cinta di Kompasiana, saya rasa itu hal menarik dan tak biasa. Mengingat saya belum lama bergabung di Kompasiana, saya belum tahu persis bagaimana liku-liku kisah-kasih di Kompasiana. Itu pun bila ada dan pernah terjadi.

Finally, saya ingin mengucapkan selamat ulang tahun pada Kompasiana. Semoga Kompasiana makin sukses dan berkembang. Semoga Kompasiana menjadi media yang ramah, nyaman, dan tanpa diskriminasi untuk siapa pun yang mengaksesnya.

Paris Van Java, 25 Oktober 2017

Tulisan cantik untuk media citizen journalism yang juga cantik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun