Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Mata Pengganti, Pembuka Hati (1)

6 Oktober 2017   06:41 Diperbarui: 6 Oktober 2017   08:52 1281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jika semua terapi itu gagal," sela Calvin.

"Berapa lama lagi umur saya?"

Rupanya Calvin sama saja dengan pasien lainnya, pikir Dokter Rustian resah. Mengapa angka-angka itu penting bagi mereka? Tidak adakah pertanyaan lain yang lebih optimis?

"Umur adalah rahasia Tuhan, Calvin." Dokter Rustian mengingatkan dengan bijak.

"Katakan saja, Dokter. Ini penting bagi saya."

"Dengan kemungkinan semua terapi penyembuhan gagal...melihat kondisimu sekarang...kemungkinan kamu hanya bisa bertahan selama satu tahun."

Setahun, hanya setahun. Calvin tertegun mendengarnya. Dikumpulkannya kembali sisa-sisa ketegaran itu. Sedikit sekali sisa waktu yang dimilikinya. Waktu satu tahun yang tersisa tak boleh ia sia-siakan.

**       

Setengah empat pagi. Masih cukup waktu untuk menunaikan shalat Tahajud. Mengabaikan sakitnya, Calvin turun dari tempat tidur. Mengambil air wudhu. Lalu memulai shalat.

Calvin berdoa dan terus berdoa. Mengharap petunjuk Allah. Ia sama sekali tidak mengharap kesembuhan. Hanya petunjuk yang dicarinya.

Derit pintu dan derap langkah kaki tak membuyarkan konsentrasi Calvin. Kedua matanya terpejam rapat, khusyuk dengan doa-doa dan permohonannya. Hatinya tak henti melantunkan zikir. Ia terus dan terus mendekatkan diri pada Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun