Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyikapi Haters? Hadapi dengan Cara Ini

27 Agustus 2017   06:02 Diperbarui: 27 Agustus 2017   22:09 4318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bahkan permasalahan haters ini sering menjadi bahan candaan di ruang OSIS. Kami sering bertanya-tanya, siapa di antara kami yang hatersnya paling banyak. Entah ketakutan atau sekedar parno, saya yakin kalau haters sayalah yang terbanyak.

Meski demikian, itu hanya satu sisi gelap di sekolah kami. Selebihnya, OSIS masih punya banyak fans setia. Ada haters, ada lovers. Persentase haters tak sebanyak lovers. Apa lagi kami organisasi resmi. Didukung sepenuhnya oleh guru dan para petinggi sekolah. Buat apa khawatir berlebihan? Fans kami masih banyak kok. Haters lewat saja. Kalau fans duel dengan haters, dijamin haters kalah jumlah dan kualitas. So, kami stay cool saja.

Satu poin berharga dapat direfleksikan dari pengalaman di atas: di antara sekian banyak orang yang mengenal kita, tidak semuanya menyukai kita. Kita tidak bisa memaksa orang lain menyukai kita. Suka-tidaknya, itu hak prerogatif mereka. Hanya mereka yang bisa memutuskan, apakah akan menyukai kita atau tidak.

Di semua tempat sama. Baik di dunia nyata maupun maya. Ada yang suka, ada yang tidak suka. Saya pribadi yakin, di Kompasiana ini tidak semua pembaca dan Kompasianer menyukai tulisan atau kepribadian saya. Belum tentu yang memberikan vote menarik, inspiratif, atau bermanfaat itu benar-benar suka. Di antara sekian banyak, pastilah ada satu-dua yang tidak suka. Hal itu wajar.

Sebaik apa pun diri kita, sebesar apa pun prestasi yang kita capai, sesukses apa pun karier kita, dan secantik/setampan apa pun diri kita, belum tentu semua orang benar-benar menyukai kita. Pasti ada saja satu-dua orang yang tidak suka di antara puluhan atau ratusan orang yang menyukai kita. Perasaan suka-tidak suka itu wajar. Sama halnya seperti perasaan cinta, takut, iri, marah, rindu, dan benci.

Ada banyak alasan orang tidak menyukai kita. Pertama, karena rasa iri. Mereka iri pada semua yang kita miliki. Kedua, secara sengaja ataupun tidak sengaja kita telah menyakiti seseorang. Ketiga, ada perbuatan dan perkataan kita yang tidak dapat diterima orang lain. Keempat, doktrin tertentu yang mempengaruhi orang lain untuk tidak menyukai kita. Misalnya karena perbedaan suku, ras, dan agama. Doktrin bisa berasal dari keluarga maupun dari luar. Masih banyak alasan lainnya untuk saling membenci dan tidak menyukai.

Ketidaksukaan dan kebencian dapat diperlihatkan dengan jelas. Tak sedikit pula yang lebih memilih menyembunyikannya di balik wajah alim dan kata-kata manis. Maaf jika saya berterus terang di sini. Sebaiknya jangan seratus persen mempercayai orang lain. Tidak semua orang itu tulus. Kita tidak tahu pasti apa niat orang lain yang sesungguhnya. Apakah benar-benar tulus atau punya niat negatif. Kehati-hatian sangat diperlukan.

Mungkin ada sepercik rasa tidak adil di dalam hati. Kita sudah berusaha menjadi orang yang baik, tapi pada akhirnya tetap ada yang tidak suka. Namun itulah kehidupan. Ironi dalam hidup berkaitan dengan rasa suka dan tidak suka mesti kita hadapi. Sosok sempurna dan ideal belum tentu disukai semua orang. Semakin sukses seseorang, semakin besar potensinya untuk dibenci orang lain.

Fakta ini terasa menyedihkan. Apa salah kita sampai harus dibenci? Apakah diri kita seburuk itu di mata orang lain? Benarkah diri kita tidak berguna, tidak pantas dicintai, dan tidak berhak bahagia? Jangan biarkan kebencian satu-dua orang menghancurkan diri kita. Hadapilah dengan cara-cara berikut ini.

1. Sadarilah bahwa tidak semua orang menyukai kita

Popularitas, kekayaan, dan kesuksesan tak lantas membuat diri kita mudah disukai. Sebaliknya, kemungkinan besar mengundang haters semakin banyak. Percaya diri boleh saja. Memperlihatkan aura dan daya pikat di depan publik boleh saja. Show your aura. Tapi tetaplah sadar dan hati-hati. Bahwa belum tentu mereka yang melihat dan memperhatikan akan menyukai kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun