Langkah Calvin terhenti. Sejenak ia ragu. Memandangi puluhan umat yang berdatangan memasuki gereja. Anastasia menyentuh lembut tangannya, tersenyum menenangkan.
"Nggak apa-apa...ayo masuk." ajaknya.
"Aku merasa asing di sini," ungkap Calvin jujur.
"Kamu adalah tamu, Calvin. Orang yang beda keyakinan sering kok datang ke sini. Tertarik melihat prosesi Misa, perayaan Ekaristi, atau Tahbisan. Jangan khawatir, Calvin."
Satu hal yang dirasakan kebanyakan pasangan beda agama: merasa asing saat memasuki rumah ibadah pasangannya. Calvin tengah merasakan itu. Di tengah jemaat gereja yang bersiap melaksanakan Misa, ia merasa asing. Ia tak nyaman di sini. Merasakan beberapa pasang mata menatapnya penuh tanya. Hadir pula beberapa pria dan wanita berdarah keturunan sepertinya. Namun ia tetap berbeda dari mereka. Keyakinanlah yang membedakannya.
Barisan bangku sudah hampir penuh. Calvin menempati bangku paling belakang. Ia menyaksikan semuanya dari awal. Mulai dari perarakan sampai proses Misa. Terkesan pada saat Homili. Lekat memperhatikan Anastasia saat ia mengambil Hosti.
"What do you think about this?" tanya Anastasia usai Misa.
"Interesting," jawab Calvin yakin.
Anastasia tersenyum. Calvin merangkul tubuhnya hangat. Mau tak mau merasa senang di antara perasaan terasing dan salah tingkahnya.
Tanpa disadari, dua orang pemuda berpipi chubby dan bermata sipit mengawasi mereka. Memotret mereka, lalu mengetikkan sesuatu di layar gadget mereka. Mencurigakan, apa yang dilakukan dua pemuda itu?
** Â Â Â