"Tadi aku abis ke makam Mama," jawab Anastasia.
"Oooh...pasti kamu masih sedih setelah kepergian Tante Maria ya?" tebak Nada penuh simpati.
"Iya. Aku sayang banget sama Mama. Mama yang paling mengerti aku. Papa? Jangan harap. Jarang di rumah, workaholic, dan keras. Aku kesepian..."
Nada dan Calisa merangkulnya hangat. Audrey dan Hassan berusaha menghibur Anastasia dengan tingkah lucu mereka. Calvin menatap lekat mata Anastasia.
"I know your feeling," ujarnya.
"Tapi kamu harus ingat satu hal: Mamamu sangat mencintaimu. Kalau kamu mencintai beliau, jangan larut dalam kesedihan."
Kata-kata Calvin membekas di relung hati Anastasia. Itulah yang paling dibutuhkannya: support. Motivasi untuk bangkit dari kesedihan.
"Thanks Calvin." Anastasia membalas tatapan Calvin. Ada yang lain dalam tatapan itu. Ada cinta, ada rindu, dan ada kekaguman.
Calvin dapat menangkap getaran cinta dari Anastasia. Hatinya menerima getaran cinta itu, lalu meresponnya dengan hal yang sama.
** Â Â Â
Sejak kejadian itu, Calvin dan Anastasia semakin dekat. Calvin selalu ada di samping Anastasia. Kemana-mana selalu berdua. Dimana ada Calvin, di situ ada Anastasia. Kini Anastasia tak pernah lagi membawa mobil ke sekolah. Aktivitasnya dan Calvin hampir sama. Praktis Calvin dan Anastasia selalu pulang dan pergi bersama. Kini Anastasia bisa merasakan betapa nyamannya duduk bersisian dengan Calvin di dalam sedan putihnya. Privilese yang hanya didapatkan Calisa selama ini.