Para tamu undangan dibuat terkesima. Bukannya fokus pada pengantin pria dan wanita, mereka justru memperhatikan wedding singer-nya. Terutama si pria tampan di balik piano. Tatapan mereka tanpa kedip saat menatapi pria itu.
“Tampan sekali ya...bisa-bisa si pengantin wanita melompat dari pelaminan dan kabur bersama si penyanyi.” kata para tamu. Maksudnya tentu bercanda. Namun kenyataannya, Albert jauh lebih tampan dibanding pengantin pria.
Sementara Albert tak peduli meski ia menjadi pusat perhatian. Ia mengedarkan pandang ke sekeliling ballroom. Mencari seseorang yang sangat dirindukannya. Dimanakah gadisnya yang jelita itu? Albert rindu, benar-benar rindu. Sesal memberati pikirannya karena telah mengusir si gadis tempo hari.
“Mencari Renna? Itu di sana...dia jadi bridesmaid.” tunjuk Alysa.
Sedetik. Dua detik. Tiga detik. Hati Albert terasa hangat. Ya, Renna ada di dekatnya. Menjadi bridesmaid atau pendamping pengantin wanita. Renna nampak semakin cantik dalam balutan dress soft pink-nya. Wajahnya mulus dengan sapuan make up natural. Tanpa make up pun, Renna sudah cantik.
Albert terpaku. Sedih dan rindu. Ia ingin menghampiri Renna. Memeluknya, meminta maaf, namun ia tak berdaya. Renna harus mengerti. Albert tidak akan membiarkan gadis yang dicintainya menikah dengan pria yang berpenyakit dan tidak bisa meneruskan keturunan seperti dirinya. Renna harus bahagia dengan pria lain.
Hadir ke acara pernikahan seperti serangan kejiwaan bagi Albert. Ironi memagut perasaannya. Pernikahan adalah sesuatu yang takkan pernah ia lakukan. Dia tidak akan mengikat wanita mana pun dalam pernikahan.
Tak sedikit tamu yang datang bersama keluarganya. Mereka membawa anak-anak yang masih kecil ke perhelatan mewah ini. Anak? Satu hal lagi yang tidak bisa dimiliki Albert. Riwayat kesehatannya yang jauh dari kata baik tidak memungkinkannya memiliki anak. Melihat sejumlah pria memeluk, menggendong, dan menyuapi anak-anak mereka, hati Albert teriris. Selamanya ia tak bisa menjadi seorang ayah. Tak bisa menjadi orang tua untuk anak kandungnya sendiri. Kenyataan pahit ini mesti dihadapinya. Berakhir sudah garis keturunan Tuan Adolf. Mustahil Albert melanjutkannya.
Terkadang, hidup memang ironis. Seorang pria penyayang, lembut hati, penyabar, dan berpotensi menjadi ayah yang baik justru divonis mandul. Sedangkan pria-pria berwatak keras, kasar, emosional, arogan, dan jauh dari sifat penyayang diberi banyak anak. Tiap orang sudah mempunyai rezekinya masing-masing.
Andai Albert tahu, Renna pun tak berdaya. Kuat keinginannya untuk berlari naik ke atas panggung dan mendekap belahan jiwanya. Ia adalah brisemaid. Mana mungkin ia melakukan tindakan sebodoh itu? Bisa-bisa ia membuat malu keluarga besarnya. Ia teramat merindukan Albert. Dan kini Albert berada sangat dekat dengannya. Hal paling menyakitkan, jika kita merindukan dan melihat dia namun kita tak bisa menggapainya.
Hati Albert dan Renna hancur. Mereka saling mencintai. Kondisi yang memaksa mereka berpisah. Bagaimanakah skenario Illahi selanjutnya?