Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dia Miliki Hatimu

1 April 2017   09:32 Diperbarui: 1 April 2017   18:00 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa harus kurelakan kenyataan

Cinta memang tak sejalan

Namun kau adalah pemilik hatiku (Calvin Jeremy-Pemilik Hati).

**    

Para mahasiswa terdiam. Mereka tak berkomentar apa pun saat Mr. Jatmika, dosen muda dan hypnotherapyst itu membanggakan si gadis bermata biru. Kembali tertangkap kebanggaan dalam nada suaranya.

“Dia satu-satunya yang mewakili angkatan kalian di ajang itu. Kenapa kalian tidak berpartisipasi?”

Sekali lagi, para mahasiswa terdiam. Lama-lama gadis bermata biru itu disergap rasa takut. Apakah membanggakan salah satu mahasiswa di depan mahasiswa lainnya tidak akan menimbulkan rasa iri? Ia sebenarnya tak ingin bermusuhan dengan siapa pun. Hatinya yang kesepian menjadi makin kesepian. Meski ia bahagia dosen walinya yang tampan dan disukai banyak mahasiswa itu memujinya.

Usai kuliah, ia bergegas ke ruang dosen. Saat ini ia butuh teman bicara. Ia butuh seseorang. Tepatnya butuh sosok yang lebih dewasa darinya untuk mengurangi beban kesedihan dan kesepian di dasar hati. Andai sang belahan jiwa ada di dekatnya, mungkin ini lebih mudah. Namun saat ini yang dimilikinya hanyalah dosen walinya. Seseorang yang berhasil memberinya perlindungan, kasih sayang, dan rasa aman selama presentasi Mahasiswa Berprestasi itu. Tentu ia mempercayainya.

Ruangan Mr. Jatmika sunyi. Terlihat pria tampan kelahiran 23 September 29 tahun lalu itu sedang shalat. Terlihat ia begitu khusyuk dalam ibadahnya. Kedua matanya terpejam menikmati komunikasi transendentalnya dengan Illahi. Masih tersisa bekas air wudhu di rambutnya. Tidak mengapa, justru kesan itu membuatnya semakin tampan dan menawan. Bukankah Mr. Jatmika pribadi yang religius?

Selesailah ritual ibadah itu. Mr. Jatmika mendekatinya.

“Ada apa?” tanyanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun