Sekali lagi Dani dibuat kagum pada Annisa. Gadis itu sangat tulus. Ia pun menghormati dan mengagumi perbedaan. Selalu melihat segalanya dari sisi positif. Tak pernah berhenti mencintai dan memberi pertolongan meski Dani tak bisa membalasnya. Dani hanya mengangguk dan tersenyum mendengar pujian Annisa.
Melihat senyum itu, hati Annisa bergetar. Inilah rasanya jatuh cinta. Dani adalah cinta pertamanya. Makin hari, ia makin yakin pada perasaannya terhadap Dani. Annisa akan terus dan terus mencintai Dani, walau takkan memilikinya.
Minggu berikutnya, kisah Dani jalan berdua dengan Annisa ke studio menyebar cepat di sekolah. Alhasil, Dani habis ditertawakan teman-temannya.
“Ternyata kecebur got membawa hikmah ya!” komentar mereka di sela tawa.
“Udah, cepetan tembak si Annisa!”
Dani memasang ekspresi polos. Mengaduk-aduk jus jeruknya.
“Tembak? Nanti Annisanya mati dong,” ucapnya.
“Ah, jangan pura-pura bodoh. Maksudnya, jadiin Annisa pacar. Kurang apa dia? Cantik, iya. Kaya, jelas. Pintar, udah pasti. Multitallent, jangan diragukan lagi. Dibanding Rosline, dia jelas lebih segalanya.”
Maka, banyak murid di sekolah elite itu berusaha menjodohkan Dani dan Annisa. Lebih istimewa lagi ketika Annisa sama-sama dipersiapkan mengikuti ajang pemilihan duta wisata. Semakin dekatlah ia dengan Dani.
Usaha anak-anak kelas XI itu berhasil. Dani dan Annisa jadian. Hati Annisa makin berbunga-bunga. Begini rasanya menjadi kekasih dari pemuda yang dicintainya. Annisa sangat menikmati saat-saat bahagianya bersama Dani. Ia bahkan tak segan bermanja-manja dengan Dani. Namun, bagaimana dengan Dani?
**