Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kapan Pun, Aku Selalu Ada

19 Februari 2017   08:35 Diperbarui: 19 Februari 2017   11:02 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua gadis itu menggandeng tangannya. Memasuki auditorium, semua anggota PSM telah berkumpul. Mereka bertiga mengisi bangku di barisan terdepan. Mengeluarkan kertas dan alat tulis.

Rapat dimulai. Sering sekali si pelatih vokal pemilik sedan putih berbicara. Mendoktrinasi anak-anak bimbingannya dengan pemahaman tentang komersialisasi dalam mengadakan konser tahunan. PSM akan mengadakan konser tahunan bertajuk Disney. Rencananya mereka juga akan berkolaborasi dengan beberapa guess star. Si pelatih vokal berwajah arogan membuat anak-anak berpikiran bahwa konser tahunan bisa menjadi ajang bisnis. Ajang mencari profit sebesar-besarnya. Tujuan awal konser bukan begitu, melainkan untuk menambah pengalaman dan memperkenalkan paduan suara universitas mereka.

“Kok gitu, ya?” bisik Silvi keheranan.

“Terus fungsi sosialnya mana?”

“Ah, kamu kayak nggak tahu pelatih vokal kita aja. Dia kan orangnya komersial, nggak suka hal-hal yang berkaitan sama kegiatan sosial.” Tukas Aldia.

“Jelaslah. Pelatih kita kan udah jadi pengusaha sekarang. Dia tahu cara memanfaatkan peluang bisnis.”

Tanpa diduga, si gadis bertubuh langsing dan berkulit kuning langsat menimpali obrolan Silvi dan Aldia. Tiga pasang mata tertuju padanya. Si gadis bermata biru yang sejak tadi hanya menjadi pendengar setia, menatapi kekasih baru sang pelatih. Ia masih ingat nama gadis itu.

“Aduh Novia, pantas kamu belain Kak Farhan! Dia kan pacar kamu!” bentak Silvi.

Novia tersenyum berpuas diri. “Iya dong...pacar aku yang paling perfect. Aku beruntung, bisa dapetin dia. Dari pada anak yang pakai dress merah. Jangankan dicintai, diperhatikan saja tidak.”

Si gadis bermata biru tak terpengaruh. Justru dia membalas senyuman angkuh Novia. Tak kalah sinisnya. Namun tetap manis dan anggun. Bermain cantik, itulah istilahnya.

“Allah akan memberiku pendamping hidup yang jauh lebih baik,” ujarnya diplomatis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun