Sedetik berikutnya, Chelsea membalas senyum Alfaro. “Chelsea maafin kok. Kata Ayah, kita harus maafin kesalahan orang lain.”
Anak belajar kebaikan dari orang tuanya. Nilai-nilai kebaikan yang ditanamkan Albert sukses terpatri kuat dalam pikiran Chelsea. Membuatnya menjadi gadis berhati lembut, tulus, pemaaf, penyabar, dan berperasaan halus.
“Chelsea ayahnya siapa?” goda Alfaro. Ingin mengetes sepupunya.
“Arif.” jawab Chelsea mantap.
“Arif siapa?” Kali ini Kalisa yang melempar pertanyaan.
“Arif Albert.”
Mendengar itu, Albert refleks mendekap Chelsea. Menciumi kedua pipinya. Membelai-belai rambutnya. Tak puas-puas menatap wajah menggemaskan Chelsea saat menyebut namanya. Pria kelahiran Malang, 29 Maret itu makin enggan meninggalkan putrinya. Padahal besok ia harus pergi ke Malang untuk urusan pekerjaan dan keluarga. Kalisa, Alfaro, dan semua yang berkumpul di villa ini keluarga Bundanya Chelsea.
“Chelsea, besok ayah ke Malang ya?” Hati-hati sekali Albert menyampaikan hal ini.
“Nggak boleh.” Chelsea menjawab cepat, wajahnya berubah sedih.
“Lho, kenapa?”
“Nanti yang buatin toast dan French fries buat Chelsea siapa? Yang bacain cerita siapa? Yang ajarin Chelsea main piano siapa?” rajuk Chelsea manja.