Sementara itu, Albert balas memeluk Chelsea. Mencium keningnya.
“Gimana sekolahnya hari ini, Sayang?”
“Seru, Ayah. Tadi Chelsea dapat nilai sepuluh waktu pelajaran Matematika.”
“Pintar...”
Chelsea dan Albert membiasakan diri untuk terbuka. Albert berhasil menjadi ayah yang demokratis. Hanya ada satu rahasia yang masih disimpannya dari Chelsea. Belum ada waktu yang tepat untuk mengungkapkannya.
Tengah mendengarkan Chelsea bercerita, tiba-tiba Albert merasakan kepalanya begitu sakit. Mengapa penyakit itu datang di saat tidak tepat? Sel kanker di otaknya telah merusak kebersamaannya dengan Chelsea.
“Ayah kenapa? Ayah sakit ya?” tanya Chelsea cemas. Melihat wajah Ayahnya berubah pucat.
Menutupi rasa sakitnya, ia berusaha tersenyum. Lembut mengelus kepala Chelsea, ia berkata. “Ayah baik-baik saja, Sayang.”
Hingga waktunya tiba, Chelsea tak boleh tahu kalau Albert sakit. Putri tunggalnya itu pasti akan shock dan sedih. Chelsea sudah kehilangan Bundanya, jangan sampai ia terjatuh dalam kesedihan untuk kedua kalinya.
**
staring at you and lost in your eyes