Hening lagi. Chelsea tekun mendengarkan. Satu-dua kali masih terisak. Albert melanjutkan.
“Kalau nanti Ayah meninggal, Chelsea ikhlas ya? Chelsea harus tetap melanjutkan hidup tanpa Ayah. Chelsea itu anak Ayah yang tegar dan kuat. Mau ya, Sayang?”
Andai boleh memilih, Albert tak ingin mengatakan semua itu. Ia terpaksa membuat Chelsea mengerti. Ia ingin Chelsea siap menerima kepergiannya kelak. Chelsea harus bisa bahagia dan melanjutkan hidup meski tanpa dirinya.
Perlahan Chelsea mengangguk. Menatap lekat ke dalam mata teduh Ayahnya.
“Mau, Ayah. Chelsea mau jadi hamba Allah yang ikhlas. Chelsea siap kalau Ayah pergi. Ayah akan selalu ada di hati Chelsea. Chelsea mau mengenang Ayah dengan ikhlas dan bahagia.”
“Begitu juga Ayah, Sayang. Chelsea selalu ada di hati Ayah. Terima kasih, Sayang.”
Kesedihan berganti kelapangan hati. Rasa takut berganti keikhlasan. Albert bangga pada Chelsea. Meski masih kecil, putri cantiknya memahami pentingnya makna keikhlasan. Memahami bahwa suatu saat nanti apa yang dicintainya harus dia relakan dan lepaskan. Chelsea istimewa, berbeda dengan anak-anak seusianya.
Satu lagi nilai kebaikan tertanam kuat dalam hati Chelsea: nilai keikhlasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H