Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tukar Jiwa

12 Desember 2016   05:45 Diperbarui: 12 Desember 2016   07:04 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sang manttan pengikut Santo Fransiskus Asisi itu terus mendengarkan. Ia begitu sabar dan lembut. Bercerita padanya sedikit-banyak membuat perasaan Maurin lebih tenang.

“Awalnya dia menyudutkan aku. Melemahkan posisiku. Menyalahkanku karena telah memberi pandangan baru pada Albert tentang psikologi dan keluarga. Apakah aku sudah merusak calon Imam, Mas Roman?”

Tanpa mengenal lelah, pria baik hati itu meyakinkan Maurin jika ia sama sekali tidak bersalah. Bukan dirinya yang merusak calon Imam. Kata-katanya membawa pengaruh positif di hati Maurin.

“Aku tidak bersalah, kan? Oh astaga...harusnya aku yang mendengarkan dan membantumu. Tapi malah kebalikannya. Well, Mas Roman baik-baik saja kan?” ujar Maurin, merasa bersalah.

“Saya baik-baik saja.” Balas pria itu menenteramkan.

“Alhamdulillah...”

**    

Pukul dua pagi, Maurin masih terjaga. Mungkin ia takkan tidur malam ini. Sisa malam dilewatkannya dengan zikir dan doa. Sesekali mendengarkan musik dan menyetel radio. Menyimak program favoritnya di waktu tengah malam ke atas.

Ia masih mengharapkan Albert di sisinya. Namun ternyata pemuda itu belum sadar. Justru pria-pria lain yang datang. Satu ia hindari, satu pria lainnya ia percayai karena bisa membuatnya tenang. Pria yang ia percaya.

Lelah dengan hatinya, Maurin beranjak menghampiri piano. Memainkan tuts hitam-putihnya, lalu bernyanyi.

Ha nacido un sol

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun