“Yee...siapa suruh pakai gaun dan high heels segala? Cuma pertemuan keluarga kok. Memangnya mau fashion show modeling atau perform paduan suara? Dasar Princess...”
Sepasang mata abu-abu milik gadis itu melebar. “Enak aja! Aku kan pengen tampil anggun, Dani Tantra Alzpadi! Cantik bukan hanya dari hati, tapi juga dari fisik! So, penampilan nggak kalah penting!”
“Bagus sih, jaga penampilan. Asal jangan kena Anorexia Nervosa atau Bulimia Nervosa aja.” Dani menyahuti. Menyebut gangguan makan kompulsif yang banyak diderita para wanita guna menjaga berat badan.
Kedua sepupu itu mulai tertawa dan berbagi cerita. Dani membuka dirinya pada Maurin. Ia bercerita tentang Rosline. Gadis pujaan hatinya itu baru saja putus dari kekasihnya. Namun ada hal yang lebih mengejutkan lagi. Rosline berniat menjadi biarawati.
“What? Kamu jangan bercanda, Sepupu!” seru gadis yang lahir di tanggal sembilan, bulan sembilan, dan pukul sembilan itu.
“Ngapain aku bercanda? Kemarin sore aja aku antar dia ke Susteran. Dia tertarik, katanya dapat panggilan gitu. Entahlah, tapi yang jelas soal spiritualitas.” Jawab Dani pasrah.
“Panggilan atau pelarian? Bisa aja dia pengen jadi Suster buat pelarian dan pelampiasan.” Kata Maurin. Ia tak langsung percaya begitu saja.
“Nah, aku juga takutnya gitu.”
“Siti Khadijah aja berani melamar Nabi Muhammad SAW. Ali bin Abi Thalib aja berani menikahi Fatimah dalam keadaan miskin. Masa kamu nggak berani nyatain cinta sama Rosline? Ayo sebelum terlambat...” Maurin memotivasi sepupunya.
Dani menghela nafas. Menunduk menatapi rerumputan di bawah kakinya.
“Aku takut, Mbak. Kalo aku bilang cinta, nanti dia jauhin aku.”