Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tukar Jiwa

12 Desember 2016   05:45 Diperbarui: 12 Desember 2016   07:04 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kau akan mengerti

Bagaimana aku melihatmu

Mengagumimu menyayangimu

Dari sudut pandangku

Dari sudut pandangku (Tulus-Tukar Jiwa).

Sang mantan biarawan Fransiskan mengungkapkan rasa di hatinya lewat lagu. Piano di depannya berdenting lembut. Dimainkan sepenuh hati. Sama seperti lirik lagu yang ia nyanyikan.

Maurin menggigit bibirnya kuat. Ingin rasanya ia yang menyanyikan lagu itu di depan Albert. Tepatnya, ia ingin sesekali Albert bertukar posisi dengannya. Albert menjadi dirinya, agar Albert tahu bagaimana rasanya menjadi dirinya.

Akan tetapi, pria di dekatnya kini bukanlah Albert. Melainkan seseorang yang beberapa bagian dalam dirinya mengingatkannya pada Albert.

“Something wrong with my eyes, Mas Roman. Mataku sakit...” Tanpa sadar, ia mengeluhkan sakitnya. Nyaris tak pernah ia menunjukkan rasa sakit pada orang lain. Bahkan pada Mami-Papi dan keluarga besarnya sekalipun. Hanya pada Albert dan pria di dekatnya inilah ia menyampaikan rasa sakit.

“Iya, Maurin. Saya mengerti apa yang kamu rasakan.”

“Aku tak ingin mengingat peristiwa itu lagi. Wanita itu bahkan menanyakan kehidupan pribadiku. Membuatku tak nyaman. Untungnya hari ini aku tidak ada janji dengan klien konseling dan hypnotherapy. Aku tidak ingin apa yang terjadi padaku, terjadi pada orang lain. Cukup aku yang mengalaminya.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun