Mohon tunggu...
Latifah Hardiyatni
Latifah Hardiyatni Mohon Tunggu... Buruh - Buruh harian lepas

Latifah, seorang wanita penyuka membaca dan menulis sederhana

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Cerpen Ramadan: Mengikir Ketumpulan

30 Maret 2023   07:22 Diperbarui: 30 Maret 2023   13:45 849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mengerahkan semua tenaga yang ada.

Srek! Srek!

Pisau beradu dengan batu. Putih mengkilat. Kini giliran aku yang tertawa. Sebentar lagi aku akan terbebas dari kerak itu. Setelahnya aku bisa leluasa menari lagi dengan pena di antara tangkai-tangkai tanaman yang sudah terawat.

Menghilangkan dia di belakang rumah sepertinya bukan hal yang bagus. Aku akan sedikit menjauh. Ke tepian sungai dekat tempat pembuangan sampah itu. Nanti setelah dia lepas, aku akan membuangnya ke sungai biar terlarung hingga jauh.

"Apa mulutmu tak sakit tertawa terus?" tanyaku sesampainya di tepi sungai.

"Tak pernah ada kata sakit untukku. Sebentar lagi kita akan jadi sekutu. Hahaha."

"Jangan bermimpi!"

Tanganku meraba kepala. Terasa kasar dan ... menjijikkan. Kuhirup nafas dalam sebelum meletakkan ujung pisau ke kepala.

Ting!

Apa ini? Bahkan pisau berdenting saat kugunakan untuk menghilangkannya? Kerak sialan!

"Apa yang kamu lakukan?" tanyanya di sela derai tawa. Tawa yang seakan menyatu dengan gemercik aliran sungai. "Kamu hanya membuatku geli."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun