Lalu bangkit kembali.
Tekadnya sudah bulat. Besok, pagi-pagi sekali, ia akan ke bank. Membayar utangnya pada Bagus yang belum lunas. Ia tak peduli apakah mereka akan marah, ataukah malah memberinya tambahan bunga sekaligus denda karena telat membayar. Ia juga tak peduli kalau mereka akan menolak menerima uang itu karena surat yang ia miliki tak cukup sebagai bukti perjanjian utang-piutang.
Waktu itu mahal, jadi ia akan membayarnya sekarang. Meski sia-sia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI