Mohon tunggu...
Larasati Restu Aulia Lathifa
Larasati Restu Aulia Lathifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UPN "Veteran" Yogyakarta

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional, tertarik dengan isu seputar keamanan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Krisis Ekonomi di Inggris: Brexit dan Efek Dominonya

8 Oktober 2022   21:55 Diperbarui: 8 Oktober 2022   21:58 1063
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertentangan Kebijakan BoE dan Pemerintah

Bank of England (BoE) mengeluarkan kebijakan moneter berupa menaikan suku bunga 50 basis poin (bps) ke 2.25% menjadi yang tertinggi sejak krisis 2008. Kenaikan suku bunga ini dilakukan untuk menekan laju inflasi. Di sisi lain, Perdana Menteri Lis Truss, melalui kebijakan fiskalnya berencana memangkas pajak sebanyak 45 miliar poundsterling tanpa mengurangi belanja negara. Artinya, di saat BoE berusaha untuk menekan permintaan, pemerintah justru ingin menaikan permintaan karena saat pajak dipangkas, akan ada relaksasi di sektor keuangan yang mendorong masyarakat untuk lebih aktif dalam perekonomian. Menurut IMF, pemerintah Inggris seharusnya menggunakan anggarannya untuk alternatif lain karena pada dasarnya, tidak benar jika kebijakan moneter dan fiskal bertentangan.

Jatuhnya Poundsterling

Pada 26 September, poundsterling anjlok sebanyak 4,37% berimbas pada nilai tukarnya terhadap dollar menjadi US$ 1.003/GBP. Angka ini menjadi posisi terlemah poundsterling setelah sebelumnya collapse pada angka US$ 1,0520/GBP di tahun 1985. 

(Sumber: BBC)
(Sumber: BBC)
Nilai poundsterling memang sudah mulai berfluktuasi sejak rencana Inggris keluar dari UE bergaung. Kali ini, diperparah oleh adanya kebijakan fiskal pemerintah. Kebijakan ekonomi ekspensif dengan memangkas pajak tanpa mengurangi belanja negara membawa pandangan skeptis dari para investor yang menilai hal ini bisa saja berimplikasi buruk terhadap peningkatan utang Inggris. Penurunan nilai tukar poundsterling akan memperparah inflasi karena harga impor menjadi semakin mahal.

Brexit memiliki implikasi yang cukup besar bagi perekonomian Inggris. Selain itu, situasi dunia internasional yang sedang tidak stabil akibat konflik geopolitik membuat Inggris juga terkena dampaknya. Penting bagi Pemerintah Inggris untuk lebih hati-hati dalam memberlakukan kebijakan dan bersinergi dengan baik untuk mengatasi krisis ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun