Mohon tunggu...
Money

Rencana Audit dan Program Audit Secara Keseluruhan

9 Desember 2015   00:22 Diperbarui: 4 April 2017   18:03 7051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

 

 

 

JENIS PENGUJIAN

            Dalam mengembangkan suatu rencana audit secara keseluruhan, auditor menggunakan lima jenis pengujian untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar.

  1. Prosedur Penilaian Risiko. Penilaian ini dilaksanakan untuk menilai risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan. Auditor melaksanakan pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, prosedur analitis, dan pengujian atas rincian saldo sebagai respons terhadap penilaian auditor atas risiko salah saji yang material. Sebagian besar prosedur penilaian risiko auditor dilakukan untuk memahami pengendalian internal.
  2. Pengujian Pengendalian. Pemahaman auditor atas pengendalian internal digunakan untuk menilai resiko pengendalian bagi setiap tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi. Apabila kebijakan dan prosedur pengendalian dianggap telah dirancang secara efektif, auditor akan menilai risiko pengendalian pada tingkat yang mencerminkan keefektifan relatif pengendalian tersebut. Untuk mendapatkan bukti tepat yang mencukupi guna mendukung penilain itu, auditor melaksanakan pengujian pengendalian. Pengujian pengendalian, baik secara manual maupun terotomatisasi, dapat mencakup jenis-jenis bukti berikut: meminta keterangan dari personil klien yang tepat; memeriksa dokumen, catatan, dan laporan; mengamati aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian; dan melaksanakan-ulang prosedur klien. Auditor melaksanakan walkthrough sistem sebagai bagian dari prosedur untuk mendapatkan pemahaman guna membantunya menentukan apakah pengendalian telah berjalan dengan semestinya. Pengujian pengendalian juga digunakan untuk menentukan apakah pengendalian tersebut efektif dan biasanya meliputi pengujian atas sampel transaksi. Prosedur untuk memahami pengendalian internal biasanya tidak memberikan bukti yang tepat yang mencukupi bahwa pengendalian telah beroperasi secara efektif. Suatu pengecualian dapat diberlakukan untuk pengendalian yang terotomatisasi karena kinerjanya sudah konsisten.
  3. Pengujian Substansial atas Transaksi. Pengujian substantif adalah prosedur yang dirancang untuk menguji salah saji dolar (salah saji moneter) yang secara langsung mempengaruhi kebenaran saldo laporan keuangan. Auditor dapat mengandalkan pada tiga jenis pengujian substantif: pengujian substantif atas transaksi; prosedur analitis; dan pengujian rincian saldo.

Pengujian substantif atas transaksi, digunakan untuk menentukan apakah keenam tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi telah dipenuhi bagi setiap kelas transaksi. Dua dari tujuan untuk transaksi penjualan itu adalah ada transaksi penjualan (tujuan keterjadian) dan transaksi penjualan yang ada telah dicatat (tujuan kelengkapan). Jika yakin bahwa semua transaksi telah dicatat dengan benar dalam jurnal dan diposting dengan benar, dengan mempertimbangkan keenam tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi, auditor dapat yakin bahwa total buku besar sudah benar. Auditor dapat melaksanakan pengujian pengendalian secara terpisah dari semua pengujian lainnya, tetapi sering kali lebih efesien melakukannya secara bersamaan dengan pengujian substantif atas transaksi.

  1. Prosedur analitis melibatkan perbandingan jumlah yang tercatat dengan harapan yang dikembangkan oleh auditor. Dua tujuan paling penting dari prosedur ini dalam mengaudit saldo akun adalah: menunjukkan salah saji yang mungkin dalam laporan keuangan; dan memberikan bukti substantif. Apabila auditor mengembangkan ekspektasi dengan menggunakan prosedur analitis dan menyimpulkan bahwa saldo akhir akun tertentu mungkin diabaikan atau ukuran sampel dikurangi. Standar auditing menyatakan bahwa prosedur analitis merupakan jenis pengujian substantif, apabila dilaksanakan untuk memberikan bukti tentang saldo akun.
  2. Pengujian rincian saldo berfokus pada saldo akhir buku besar baik untuk akun neraca maupun laporan laba-rugi. Penekanan utamanya dalam sebagian besar pengujian rincian saldo adalah pada neraca. Pengujian atas saldo akhir ini sangat oenting karena bukti-bukti biasanya diperoleh dari sumber independen dengan klien, dan dianggap sangat dapat dipercaya. Pengujian rincian saldo dapat membantu dalam menetapkan kebenaran moneter akun-akun yang berhubungan dan karenanya merupakan pengujian substantif.

MEMILIH JENIS PENGUJIAN YANG AKAN DILAKSANAKAN

            Beberapa faktor dapat mempengaruhi pilihan auditor atas jenis pengujian yang akan dipilih, termasuk ketersediaan delapan jenis bukti, biaya relatif dari setiap jenis pengujian, efektivitas pengendalian internal, dan resiko inheren.

Ketersediaan Jenis Bukti untuk Prosedur Audit Selanjutnya

            Masing-masing dari empat jenis prosedur selanjutnya hanya melibatkan jenis bukti tertentu (konfirmasi, dokumentasi, dan sebagainya).

 

 

 

Hubungan Antara Prosedur Audit Selanjutnya dan Bukti

 

Jenis Bukti

Prosedur Audit Selanjutnya

Pemeriksaan Fisik

Konfirmasi

Dokumentasi

Pengamatan

Tanya-Jawab dengan Klien

Pelaksanaan Ulang

Prosedur Analitis

Rekalkulasi

Pengujian pengendalian (termasuk prosedur untuk memahami pengendalian internal)

 

 

√

√

√

√

 

 

Pengujian substantif atas transaksi

 

 

√

 

√

√

 

√

Prosedur analitis

 

 

 

 

√

 

√

 

Pengujian rincian saldo

√

√

√

 

√

√

 

√

 

Biaya Relatif

Ketika auditor harus memutuskan jenis pengujian mana yang akan dipilih untuk memperoleh bukti yang tepat yang mencukupi, biaya bukti itu merupakan pertimbangan yang penting. Jenis pengujian yang tercantum berikut ini disusun menurut peningkatan biayanya:

  1. Prosedur analitis dianggap paling murah karena relatif mudah dihitung dan dibandingkan.
  2. Prosedur penilaian risiko, termasuk prosedur untuk memahami pengendalian internal, tidak semahal pengujian audit lainnya karena auditor dengan mudah dapat melakukan tanya jawab dan pengamatan serta melaksanakan prosedur analitis perencanaan.
  3. Pengujian pengendalian juga melibatkan pengajuan pertanyaan atau tanya-jawab, pengamatan, dan inspeksi, biaya relatifnya juga lebih rendah dibandingkan dengan pengujian substantif. Namun, pengujian pengendalian jauh lebih mahal dibandingkan prosedur penilaian risiko auditor karena luas pengujian yang diperlukan jauh lebih besar untuk mendapatkan bukti bahwa pengendalian telah beroperasi secara efektif, terutama bila pengujian pengendalian itu melibatkan pelaksanaan ulang.
  4. Pengujian substantif atas transaksi lebih mahal dibandingkan pengujian pengendalian yang tidak mencakup pelaksanaan ulang, karena sering kali memerlukan rekalkulasi dan penelusuran.
  5. Pengujian rincian saldo

Hubungan Antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif

            Suatu pengecualian dalam pengujian pengendalian hanya mengidentifikasi kemungkinan salah saji yang mempengaruhi nilai dolar laporan keuangan, sedangkan pengecualian dalam pengujian substantif atas transaksi atau pengujian rincian saldo merupakan salah saji laporan keuangan. Pengecualian dalam pengujian pengendalian disebut deviasi pengujian pengendalian.

            Auditor kemungkinan besar yakin bahwa ada salah saji mata uang yang material dalam laporan keuangan apabila deviasi pengujian pengendalian dianggap sebagai deviasi yang signifikan atau kelemahan yang material. Auditor kemudian harus melaksanakan pengujian substantif atas transaksi atau pengujian rincian saldo untuk menentukan apakah salah saji mata uang yang material telah benar-benar terjadi.

Hubungan Antara Prosedur Analitis dan Pengujian Substantif

            Fluktuasi yang tidak biasa dalam hubungan antara satu akun dengan akun lainnya, atau dengan informasi nonkeuangan, dapat mengindikasikan kemungkinan yang meningkatbahwa ada salah saji yang material itu. apabila prosedur analitis mengidentifikasi fluktuasi yang tidak biasa, auditor harus melaksanakan pengujian substantif atas transaksi atau pengujian rincian saldo untuk menentukan apakah salah saji mata uang telah benar-benar terjadi. Jika auditor melaksanakan prosedur analitis dan yakin bahwa kemungkinan salah saji yang material nilainya kecil, pengujian substantif lainnya dapat dikurangi.           

Trade-Off Antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif

            Ada trade-off antara pengujian pengendalian dan pengujian substantif. Selama tahap perencanaan, auditor memutuskan apakah akan menilai risiko pengendalian di bawah maksimum. Jika melakukannya, auditor kemudian harus melaksanakan pengujian pengendalian untuk menentukan apakah penilaian tingkat risisko pengendalian itu didukung. Jika pengujian pengendalian mendukung penilaian risiko pengendalian, risiko deteksi yang direncanakan dalam model risiko audit akan meningkat, dan karenanya, pengujian substantif yang direncanakan dapat dikurangi.

DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP PENGUJIAN AUDIT

            Standar auditing mengakui bahwa jika ada sejumlah besar bukti audit dalam format elektronik, mungkin tidak praktis atau mungkin untuk mengurangi risiko deteksi hingga tingkat yang dapat diterima dengan hanya melakukan pengujian substantif. Walaupun beberapa pengujian substantif masih diperlukan, auditor dapat mengurangi pengujian substansi secara signifikan jika hasil pengujian pengendalian mendukung keefektifan pengendalian itu. dalam audit perusahaan publik, pengendalian yang dilaksanakan komputer harus diuji jika auditor mempertimbangkan sebagai pengendalian kunci untuk mengurangi kemungkinan salah saji yang material dalam laporan keuangan. Namun, karena konsistensi yang melekat dalam pemrosesan TI auditor mungkin dapat mengurangi luas pengujian atas pengendalian yang terotomatisasi.

BAURAN BUKTI

            Memilih jenis pengujian mana yang akan digunakan dan seberapa ektensif pengujian itu harus dilaksanakan dapat sangat bervariasi di antara audit dengan tingkat efektivitas pengendalian internal dan risiko inheren yang berbeda. Bahkan dalam audit tertentu, variasi dapat terjadi dari satu siklus ke siklus lain. Untuk mendapatkan bukti yang tepat yang mencukupi sebagai respons terhadap risiko yang diidentifikasi melalui prosedur penilaian risiko, auditor menggunakan kombinasi dari empat jenis pengendalian selanjutnya. Kombinasi ini sering kali disebut bauran bukti.

PERANCANGAN PROGRAM AUDIT

Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi

            Biasanya meliputi bagian deskriptif yang mendokumentasikan pemahaman atas pengendalian internal yang diperoleh selama pelaksanaan prosedur penilaian risiko. Program itu juga mungkin menyertakan suatu uraian tentang prosedur yang dilaksanakan untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian internal dan penilaian tingkat risiko pengendalian. Auditor menggunakan informasi ini untuk mengembangkan program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. Metodologi untuk merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi:

  1. Memahami pengendalian internal
  2. Menilai risiko pengendalian yang direncanakan
  3. Menentukan luas pengujian pengendalian
  4. Merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi. Pengujian rincian saldo yang telah direncanakan meliputi prosedur audit, ukuran sampel, item yang dipilih, dan penetapan waktu.

Proses Analitis

            Prosedur analitis yang dilaksanakan selama pengujian substantif, seperti audit piutang usaha, biasanya lebih terfokus dan lebih ekstensif ketimbang yang dilakukan sebagai bagian dari perencanaan. Selama tahap perencanaan, auditor dapat mengkalkulasi persentase marjin kotor untuk total penjualan, sementara selama pengujian substantif atas piutang usaha, auditor dapat mengkalkulasi persentase marjin kotor per bulan atau per lini bisnis, ataumungkin keduanya. Prosedur analitis yang dihitung dengan menggunakan jumlah bulanan biasanya akan lebih efektif dalam mendeteksi salah saji ketimbang yang dihitung dengan menggunakan jumlah tahunan, dan perbandingan lini bisnis biasanya akan lebih efektif ketimbang perbandingan seluruh perusahaan.

Pengujian Rincian Saldo

            Untuk merancang prosedur audit pengujian rincian saldo, auditor menggunakan metodologi yang berorientasi pada tujuan audit berkaitan dengan saldo. Perancangan prosedur ini biasanya bagian yang paling sulit dari seluruh proses perencanaan, karena bersifat subjektif dan memerlukan banyak pertimbangan profesional.

Program Audit Ilustratif

            Program audit sering kali terkomputerisasi. Bentuk yang paling sederhana adalah mengetik program audit pada pengolah kata dan menyimpannya dari satu tahun ke tahun berikutnya untuk mempermudah pengubahan serta pemutakhiran. Pendekatan yang lebih canggih adalah menggunakan perangkat lunak audit, yang akan membantu auditor berpikir melalui pertimbangan perencanaan audit dan memilih prosedur yang sesuai dari database prosedur audit. Prosedur ini kemudian disusun menjadi program audit.

IKHTISAR PROSES AUDIT

Fase I

Merencanakan dan Merancang Pendekatan Audit

  1. Menerima klien dan melaksanakan perencanaan awal
  2. Memahami bisnis dan industri klien
  3. Menilai risiko bisnis klien
  4. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan
  5. Menetapkan materialitas dan menilai risiko audit yang dapat diterima serta risiko inheren
  6. Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian
  7. Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko kecurangan
  8. Mengembangkan rencana audit dan program audit secara keseluruhan

Fase II

Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujuian Substantif atas Transaksi

  1. Melakukan pengujian pengendalian untuk memperoleh buktu untuk mendukung pengendalian khusus yang berkontribusi pada penilaian risiko pengendalian oleh auditor (yaitu, bila dikurangi di bawah maksimum) bagi audit laporan keuangan dan audit pengendalian internal atas pelaporan keuangan perusahaan publik.
  2. Melakukan pengujian subtantif atas transaksi untuk memperoleh bukti untuk mendukung ketepatan moneter transaksi.

Sering kali kedua jenis pengujian ini dilaksanakan secara serentak atas transaksi yang sama. Apabila pengendalian dianggap tidak efektif atau bila auditor menemukan penyimpangan, pengujian substantif dapat diperluas dalam fase ini atau fase III, dengan mempertimbangkan imlpikasi bagi laporan auditor tentang pengendalian internal atas pelaporan keuangan.

Karena hasil dari pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi merupakan determinan utama dari luas pengujian rincian saldo, pengujian itu sering kali dilakukan 2 atau 3 bulan sebelum tanggal neraca. Ini membantu auditor dalam merevisi program audit pengujian rincian saldo atas hasil yang tidak diharapkanpada pengujian sebelumnya, dan untuk menyelesaikan audit secepat mungkin setelah tanggal neraca.

Fase III

Melaksanakan Prosedur Analitis dan Pengujian Rincian Saldo

            Tujuan dari fase III adalah untuk memperoleh bukti tambahan yang mencukupi guna menentukan apakah saldo akhir dan catatan kaki atas laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar.

Dua kategori umum:

  1. Melakukan prosedur analitis substantif yang menilai kelayakan transaksi dan saldo secara keseluruhan.
  2. Menguji rincian saldo, yang merupakan prosedur audit untuk menguji salah saji moneter dalam saldo laporan keuangan.

Fase IV

Menyelesaikan Audit dan Mengeluarkan Laporan Audit

  1. Melaksanakan pengujian tambahan untuk penyajian dan pengungkapan. Prosedur yang dilaksanakan auditor untuk mendukung empat tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan yang berkaitan dengan saldo. Selama fase ini auditor melaksanakan prosedur audit yang berkaitan dengan kewajiban kontinjen dan peristiwa setelah tanggal neraca. Kewajiban kontinjen adalah kewajiban potensial yang harus diungkapkan dalam catatan kaki klien.
  2. Mengumpulkan bukti akhir.
  3. Mengeluarkan laporan audit. Jenis laporan yang akan dikeluarkan tergantung pada bukti yang dikumpulkan dan temuan audit.
  4. Berkomunikasi dengan komite audit dan manajemen. Auditor diwajibkan untuk mengomunikasikan defisiensi yang signifikan dalam pengendalian internal kepada komite audit atau manajemen senior.

RESUME AUDIT

Nama   : Larasati Endah Sasanti

NIM    : 2014017016

Akuntansi 3A1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun