Mohon tunggu...
Lanjar Wahyudi
Lanjar Wahyudi Mohon Tunggu... Human Resources - Pemerhati SDM

Menulis itu mengalirkan gagasan untuk berbagi, itu saja. Email: lanjar.w77@gmail.com 081328214756

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Belajar dari Ilham "Bocah Ngapa(k)" agar Lugu Tidak Berubah Menjadi Bebal

26 Desember 2021   00:15 Diperbarui: 26 Desember 2021   17:03 909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bocah Ngapa(k) | Sumber: trans7.co.id

Gubraaaak...

Ilham dalam Bocah Ngapa(k) | sumber: foto pribadi
Ilham dalam Bocah Ngapa(k) | sumber: foto pribadi
Sifat lugu seringkali kita jumpai pada diri anak-anak, mereka identik dengan sifat kekanak-kanakan yang polos, berpikir lurus apa adanya, dan lugas. 

Keluguan yang demikian adalah hal yang sangat bisa dimengerti seturut dengan perkembangan intelejensi mereka, bahkan seringkali hal-hal yang demikian justru membuat orang tua merasa lebih sayang karena kesan lucu yang alamiah.

Namun demikian ada pula sifat lugu kebablasan yang muncul pada diri seseorang yang secara usia sudah bisa disebut sebagai manusia dewasa, yang pada umumnya pertumbuhan fisik dengan segala fungsi panca indera maupun perkembangan mental emosionalnya berjalan seiring menjadi semakin baik. Akan tetapi pada manusia dewasa yang sifat lugunya kebablasan tentu akan menjadi masalah dalam pergaulannya.

Bayangkan jika seandainya dalam sebuah sidang kabinet yang membahas tentang situasi pandemi nasional yang mengganas, yang menimbulkan banyak korban jiwa, dan menggerus dana kas negara bahkan memaksa relokasi anggaran dari berbagai kementerian demi penyelamatan rakyat.

Setelah pak Jokowi selesai memberikan paparan langkah-langkah darurat kepada kabinet menteri, kemudian berkata, "Silakan jika ada yang ingin bertanya, bahkan pertanyaan yang paling bodoh sekalipun, kalau ada silakan?"

Kemudian seorang menteri dengan cepat menyahut, "Maaf Bapak Presiden, karena tahun ini berhubung kas negara sedang susah sehingga tidak terjadi kenaikan gaji menteri, apakah bisa kenaikan gaji menteri tahun depan bisa dirapel?" 

Awok..awok..awok......ngek-ngok.

Pasti rasanya kesal kan mendengar konten pertanyaan yang demikian. Yang dibahas apa, yang ditanya apa. 

Situasi umum yang terjadi di masyarakat, konteks bahasan rapat yang spesifik, dan suasana emosional yang penuh keprihatinan dan membutuhkan empati penyelenggara negara menjadi rusak bubar jalan gegara sebuah pertanyaan bodoh.

Betul Pak Presiden mempersilakan jika ada pertanyaan yang paling bodoh sekalipun boleh ditanyakan, tetapi tetap saja harus dilihat konteksnya, latar belakangnya, dan suasana emosional yang melingkupinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun