Hal yang menjadi problematika bagi sekolah adalah jika ada guru yang resign di tengah-tengah semester pembelajaran. Tentunya bukan hal yang mudah mencari guru ketika pembelajaran sudah berjalan.
Fenomena Turnover pada guru tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Amerika yang dikenal sebagai negara maju dalam beberapa tahun terakhir juga menghadapi permasalahan tersebut.Â
Sebuah hasil penelitian yang dikeluarkan oleh Rand Coorporation dengan tajuk; Job Related Stress Threatens the Teacher Supply di awal tahun 2021 menyebutkan bahwa hampir 25% guru-guru di Amerika berkata kemungkinan akan meninggalkan pekerjaannya pada tahun ajaran 2021.Â
Penyebab paling dominan dari fenomena tersebut antara lain karena tekanan pekerjaan yang sangat tinggi khususnya pada masa pandemi covid. Selain itu karna tuntutan pemerintah kepada sekolah melalui program NLCB (no left children behind) yang dianggap menyulitkan.
Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai fenomena turnover pada profesi guru ada baiknya kita memahami terlebih dahulu definisi turnover tersebut. Beberapa peneliti memberikan gambaran yang lebih detail mengenai fenomena pergantian pada profesi guru.Â
Kukla (2014) dalam tulisannya membagi guru kedalam 3 kelompok; pertama; Leavers (yaitu para guru yang keluar dari suatu sekolah dan berhenti mengajar), kedua; Movers (yaitu guru yang keluar dari sebuah sekolah lalu mengajar di tempat lain) dan ketiga; Stayers (yaitu guru yang tetap bertahan di sekolah tersebut ).
Pada tulisan ini, dalam mendefinisikan istilah turnover penulis merujuk pada pengertian yaitu; seorang guru yang meninggalkan posisi yang telah ditugaskan kepadanya baik secara sukarela atau terpaksa, apapun alasannya dan kemanapun mereka pindah.Â
Sementara itu, lawan kata dari turnover yaitu retensi atau tingkat kebertahanan. Semakin baik sebuah sekolah, maka semakin tinggi pula tingkat retensi pada guru-guru berkualitas yang mereka miliki.
Setiap perusahaan, lembaga dan industri termasuk di dalamnya sektor pendidikan memiliki tingkat retensinya sendiri. Hal itu dapat diukur dengan cara membagi jumlah guru yang tersisa pada akhir tahun ajaran dengan jumlah guru yang ada di awal tahun lalu dikalikan 100 agar mendapatkan nilai prosentasenya. Semakin besar prosentase yang dihasilkan maka semakin rendah tingkat turnover pada sekolah tersebut.
Sebagai contoh di AS misalnya National Center Education Statistic menemukan bahwa setiap tahun, 8% guru meninggalkan profesinya lebih awal, dan 8% lainnya pindah ke sekolah lain, memberikan tingkat pergantian total 16%.Â
Namun, angka 16% tersebut hanyalah gambaran dari rata-rata sekolah di seluruh wilayah. Â Sekolah negeri , khususnya di kota-kota padat, mungkin memiliki tingkat turnover lebih dari 30%, sedangkan sekolah-sekolah di daerah pinggiran kota yang kaya mungkin memiliki tingkat turnover serendah 5%.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!