Namun kini paradigma masyarakat berubah, para orangtua tidak lagi menjadikan ijazah sebagai fokus utama sekolah anak-anaknya namun seperti apa kualitas pendidikannya. Sehingga saat ini pilihan home schooling bukan lagi hal yang aneh.Â
Selain itu ambiguitas berikutnya yaitu kebiasan kurikulum yang harus diterapkan oleh sekolah. Selama 3 tahun belakang ini sudah ada 3 model kurikulum yang ditawarkan oleh pemerintah, yaitu kurikulum 2013, kurikulum darurat pandemi dan yang paling anyar adalah kurikulum prototipe.Â
Tentunya bukan hal yang mudah bagi sekolah-sekolah untuk memilih dan menyesuaikan diri dengan kurikulum terbaru secara cepat, sehingga penerapannya tidak merata.
Demikianlah penjelasan secara detail mengenai indikator VUCA yang menurut penulis terjadi di dunia pendidikan. Jika diperhatikan lebih seksama hampir semua indikator-indikator tersebut bermakna negatif. Ke-empatnya jelas menggambarkan kondisi yang tidak ideal.Â
Oleh karenanya dibutuhkan seorang pemimpin yang tidak biasa untuk mengidentifikasi masalah serta mencari jawaban dari masing-masing indikator tersebut. Pemimpin yang menurut para pakar manajemen yaitu pemimpin yang adaptif.
Apa itu pemimpin adaptif?.Â
Teori adaptive leadership dikemukakan pertama kali oleh Ron Heifetz dan Marty Linsky, dari Harvard University. Adapun definisinya yaitu, "Adaptive leadership is a practical leadership framework that helps individuals and organisations to adapt to changing environments and effectively respond to recurring problems. First, the change itself needs to be considered to subsequently take on challenges and respond to the change." Sederhananya model kepemimpinan adaptif dapat dilihat dari sejauh mana seorang pemimpin tersebut dapat mengelola organisasi serta bawahannya dalam beradaptasi dengan perubahan dan juga menjawab tantangan secara efektif.
Dalam kaitannya dengan indikator VUCA di atas, seorang pemimpin adaptif sejatinya dapat melihat kemungkinan-kemungkinan peluang solusi dari kondisi tersebut. Sementara itu The Global Competitiveness Report (2018) menyatakan bahwa saat ini gejolak VUCA sudah menjadi sesuatu yang normal.Â
Kenormalan yang baru ini tidak bisa disikapi dengan gaya yang lama. Bob Johansen, dalam bukunya Leaders Make the Future: Ten New Leadership Skills for Uncertain World (San Fransisco, 2009) mengingatkan bahwa gejolak VUCA perlu dijawab dengan VUCA Prime.
VUCA yang kedua ini adalah akronim dari Vision, Understanding, Clarity, dan Agility. Pemimpin masa depan perlu memiliki keempat hal tersebut untuk menghadapi era VUCA. Untuk lebih mudah memahaminya dapat dilihat pada tabel perbandingan di bawah ini;