Pendahuluan
Media massa memiliki peran yang penting dalam masyarakat, terutama di era komunikasi. Salah satu bentuk penyajian wacana dalam media massa adalah berita. Menurut Junaedhi dalam Wati (2014), berita merupakan laporan atau pemberitahuan mengenai peristiwa yang bersifat umum dan baru saja terjadi atau aktual yang disampaikan dalam media massa. Masyarakat semakin mudah menjangkau informasi berita dengan adanya perkembangan teknologi yang pesat. di Indonesia sendiri, sejak 1994, berbagai media massa melakukan digitalisasi dengan meluncurkan portal berita (Margianto & Syaefullah, n.d).
Media massa dapat dikatakan sebagai penghubung antara masyarakat dan juga pemerintah. Sebagai sumber informasi, media massa dapat membentuk opini masyarakat melalui penyampaian berbagai informasi yang diterima masyarakat. Penyajian suatu berita tidak terlepas dari ideologi media dan wartawan, dengan pemilihan kata yang tidak semata sebagai sebuah kebetulan, tetapi secara ideologis menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta atau realitas yang ada.Â
Pilihan kata yang dipakai menunjukkan sikap dan ideologi tertentu (Khuriyati, 2013). Kata yang dipilih dapat membangun opini publik, dimana opini publik dapat mempengaruhi penilaian pembaca atas suatu peristiwa, lembaga, atau perorangan.
Kompas merupakan salah satu media massa di Indonesia. Kompas berdiri sejak 28 Juni 1965, dipimpin oleh Auyong Peng Koen (P.K Ojong) dan Jacob Oetama di Jakarta (Santoso dalam Khuriyati, 2013). Kompas meluncurkan versi digitalnya pertama kali pada tanggal 22 Agustus 1997 (Margianto & Syaefullah, n.d.; h. 16). Berdasarkan situs Alexa.com, saat ini Kompas.com menempati peringkat 10 website dengan traffic terbesar dari seluruh website di Indonesia.Â
Dengan kepopuleran Kompas.com sebagai portal berita, artinya Kompas memiliki kekuatan dalam penyebaran ide, gagasan, ideologi melalui informasi yang disampaikan. Sehingga menjadi menarik bagi penulis untuk meneliti bagaimana Kompas memberitakan suatu peristiwa. Salah satu peristiwa nasional yang diberitakan oleh Kompas adalah persoalan perizinan pabrik semen di wilayah Kendeng. Dengan menggunakan analisis wacana kritis Fairclough, dalam penelitian ini kelompok ingin melihat bagaimana berita "Bertemu Jokowi, Petani Kendeng Ini Menangis Tuntutannya Tak Dipenuhi" merepresentasikan Presiden Jokowi.
Analisis wacana Fairlclough, memiliki keterkaitan dengan analisis sosial budaya yang dipadu dan menghubungkan analisis tekstual dengan konteks sosial masyarakat. Fokus perhatian analisis Fairclough ini berada pada penggunaan bahasa sebagai praktik sosial. Dalam analisisnya terdapat tiga dimensi analisis yaitu:
1. Analisis Tekstual (mikro)
Penekanan Fairclough bahwa teks adalah proses produksi teks yang dilakukan media dengan berbagai pilihan kata dan kalimat. Analisis ini melihat bagaimana realitas direpresentasikan oleh media melalui teks berita (Fairclough, 1995:104).
Motivasi media melakukan pilihan bahasa tertentu dalam proses produksi teks, mengingat banyaknya pilihan kata dan kalimat. Pada dasarnya, analisis teks melihat bagaimana suatu realitas direpresentasikan oleh media melalui teks berita (Fairclough, 1995:104).
2. Analisis praktik wacana (messo)
Dimensi ini berkaitan erat dengan dengan proses produksi dan konsumsi teks. Analisis ini melihat bagaimana rutinitas redaksi dalam proses produksi berita yang mempengaruhi terbentuknya wacana tertentu melalui teks berita (Fairclough, 1995:58-59). Dalam analisis ini terdapat tiga aspek, yaitu melihat individu wartawan, melihat hubungan antara wartawan dengan struktur organisasi media, dan  melihat bagaimana rutinitas kerja dari produksi berita hingga muncul sebagai sebuah teks berita (Eriyanto, 2008:316-320).
3. Analisis praktik sosiokultural (makro)
Analisis ini, lebih menekankan pada aspek situasional, institusional, dan sosial budaya dimana sebuah wacana berkembang. Kemudian, melihat juga bagaimana lingkup sosial keberadaan lingkungan media yang mempengaruhi terbentuknya wacana tertentu.
Dalam analisis ini, terdapat tiga faktor yang akan mempengaruhi terbentuknya wacana, yaitu ekonomi (industri), politik (berhubungan dengan kekuasaan dan ideologi), dan budaya (berhubungan dengan nilai dan identitas sosial tertentu) (Fairclough, 1995:62).
Hasil Analisis
Analisis Mikro
Dari judul berita "Bertemu Jokowi, Petani Kendeng Ini Menangis Tuntutannya Tak Dipenuhi", Kompas.com menunjukkan bahwa Presiden Jokowi dianggap sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas permasalahan Petani Kendeng. Presiden Jokowi ditampilkan sebagai tempat pengaduan atas keluh kesah Petani Kendeng. Hal ini ditunjukkan dari sifat judul yang kronologis, dimana Petani Kendeng menemui Presiden Jokowi dengan tuntutan tetapi kemudian tuntutan tersebut tidak dipenuhi oleh Presiden Jokowi.Â
Kompas.com menggunakan kata menangis yang memiliki arti; melahirkan perasaan sedih (kecewa, menyesal, dan sebagainya) dengan mencucurkan air mata serta mengeluarkan suara (tersedu-sedu, menjerit-jerit) (KBBI). Hal ini menunjukkan Petani Kendeng menyampaikan perasaan sedih sebagai respon atas tuntutan yang tidak dipenuhi Presiden Jokowi.Â
Kompas.com menunjukkan bahwa pertemuan dengan Presiden Jokowi menyebabkan Petani Kendeng sedih (kecewa). Judul berita ini menunjukkan bahwa Presiden Jokowi harus memenuhi tuntutan rakyatnya dan jika tidak dipenuhi rakyat akan sedih atau kecewa.
Dalam paragraf pertama, Kompas.com menggunakan kata "...akhirnya berhasil...", dimana kata akhirnya berarti; 'belakang sekali, kesudahan sekali', dan berhasil berarti; 'mendapatkan hasil', kata hasil sendiri berarti; "sesuatu yang diadakan oleh usaha". Hal ini menunjukkan Petani Kendeng harus melakukan usaha untuk bertemu dengan Presiden Jokowi yang terjadi kesudahan sekali setelah mereka sangat menanti-nantikan pertemuan tersebut.
Di paragraf selanjutnya, penggunaan kata "...diterima Jokowi..." menunjukkan bahwa Presiden Jokowi sebagai orang yang dapat memutuskan terjadinya pertemuan tersebut. Kedua paragraf ini merepresentasikan Presiden Jokowi sebagai orang yang sulit ditemui rakyatnya.Â
Hal ini diperkuat dengan penggunaan kata "di sela-sela" dan "menyempatkan" yang menunjukkan keterbatasan waktu Presiden Jokowi atau dengan kata lain Presiden Jokowi digambarkan sebagai orang yang sibuk. Dimana arti kata "di sela-sela" dengan kata dasar "sela" yaitu; 'antara, celah'. Kata "menyempatkan" artinya; 'memberikan kesempatan, memberikan waktu'.
Pada paragraf lainnya, kata 'mengeluh' menunjukan bahwa Presiden Jokowi sebagai tempat pengaduan masyarakat dalam menyampaikan keluh kesahnya.
Pada paragraf kelima, kata bertolak belakang yang merupakan kalimat kiasan dimana artinya adalah berbeda sama sekali menunjukan bahwa Presiden Jokowi mengingkari janjinya kepada masyarakat Kendeng pada Agustus 2016 silam.
Kompas.com melakukan pengutipan secara langsung untuk menyuarakan pernyataan Presiden Jokowi dari ucapan Gunarti yang mengandung makna bahwa Presiden Jokowi menyatakan kesanggupan atas pengajian ulang dan penghentian operasional di wilayah Kendeng.
Dalam paragraf sembilan, Kompas.com menunjukkan Presiden Jokowi terkesan acuh dengan persoalan izin operasional PT. Semen Indonesia dengan melemparkan persoalan tersebut kepada Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.Â
Diperkuat dengan pengutipan langsung Kompas.com terhadap pernyataan Gunarti pada paragraf kesepuluh: "Pak Jokowi bilang, 'ya itu kalau mengenai izin harus tanyanya sama Gubernur. Selama ini sudah komunikasi sama Gubernur atau belum?' Jangankan, bukan hanya komunikasi, kami itu sampai melakukan apapun, jangan sampai Pak Ganjar itu mengeluarkan izin dulu. Tapi, gubernurnya sudah ngotot".
Dalam empat paragraf terakhir, Kompas.com melakukan penekanan dengan melakukan pengulangan pada kata "sedih", "menangis", dan "jawaban Jokowi". Didasarkan pada kalimat di paragraf kesepuluh jawaban tersebut menunjukkan bahwa Presiden Jokowi mengecewakan masyarakat Kendeng.
Bagaimana Kompas.com menyebutkan nama Presiden Indonesia dengan sapaan "Jokowi" juga menunjukkan posisi Presiden Jokowi sebagai sosok yang akrab, alih-alih seseorang dalam jabatan tinggi yang sangat dihormati. Penyebutan "Jokowi" menjadi bukti bahwa berita ini membangun kedekatan dengan Presiden Jokowi dan bahwa masyarakat menyampaikan keluh kesah kepada presiden seperti kepada orang yang sudah akrab dengannya, misalnya teman. Presiden Jokowi dalam berita ini digambarkan sebagai teman curhat masyarakat.
Analisis Messo
1. Produksi Teks
Setelah mendapatkan berbagai data tentang orang-orang yang terlibat dalam pemberitaan Kendeng, sistem produksi berita Kendeng di Kompas.com adalah bermula dari sang jurnalis (Ihsanuddin) yang menuliskan berita, lalu di serahkan kepada editor (Sandro Gatra) untuk di periksa tulisannya dan di serahkan lagi kepada pimpinan redaksi (Wisnu Nugroho) untuk melihat apakah tulisan yang di buat oleh sang jurnalis sudah sesuai dengan visi, misi, dan pedoman yang dimiliki Kompas.com.Â
Untuk sang jurnalis sendiri (Ihsanuddin), ia merupakan seorang wartawan yang dapat dikatakan pro Presiden Jokowi. Bisa dilihat dari beberapa 'cuitan' tweeternya yang mendukung Presiden Jokowi. Maka tidak heran jika pemberitaan tentang Presiden Jokowi yang ditulis oleh Ihsanuddin terkesan baik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan penulis berita,Ihsanuddin memang tidak melihat secara langsung pertemuan antara Jokowi karena berlangsung di dalam istana dan singkat. Penulis hanya melakukan wawancara dengan Gunarti mengenai mengenai apa yang dibicarakan dari pertemuan tersebut.Â
Penggambaran mengenai Jokowi dalam berita ini menjadi tidak langsung karena hanya didapatkan melalui Gunarti yang sedang mengalami kekecewaan dengan Jokowi. Maka representasi Jokowi merupakan hasil representasi yang digambarkan oleh Gunarti, petani Kendeng yang sempat bertemu dan berbicara dengan Jokowi.
Dalam produksi tersebut, penulis mengirimkan bahan berita ke redaktur kemudian mengalami proses pengeditan sebelum diupload dan pengeditan bahasa dilakukan setelah berita terbit. Proses produksi ini, Penulis hanya memiliki saran dan keputusan dalam pemakaian bahasa pada konten berita tersebut ada pada redaktur Kompas.com.Â
Hal ini menunjukan bahwa berita ini dalam menggambarkan Jokowi mengalami banyak filtering mulai dari wawancara yang dihasilkan dari Gunarti, lalu ditulis oleh Ihsanuddin, lalu diedit oleh editor dan redaktur. Maka bahasa representasi Jokowi yang muncul adalah bahasa kekecewaan Gunarti yang dipakai oleh penulis, Ihsanuddin.
Berbeda dengan Ihsan, sang pemimpin redaksi (Wisnu Nugroho) tidak terlalu berpihak dengan Presiden Jokowi. Seperti yang terlihat di 'cuitan' tweeternya juga seperti Ihsanuddin yang sedikit membahas tentang kinerja Presiden Jokowi.
Karena ketidakberpihakan Wisnu terhadap pemerintahan Presiden Jokowi dan berhubung ia juga merupakan pimpinan redaksi Kompas.com pada saat ini, kelompok berpikir bisa jadi Wisnu ikut campur tangan dalam pemberitaan yang ditulis sang jurnalis.Â
Di dalam berita Kendeng ini kita dapat dilihat dari pemilihan kata yang menunjukkan sisi 'ironi' dari pemerintahan Presiden Jokowi yang menggunakan kata 'menangis', 'kecewa', dan sebagainya. Berdasarkan penelusuran kelompok, Wisnu sebelumnya sempat meliput peristiwa-peristiwa terkait pemilihan presiden pada 2014 lalu, Wisnu mendapat tugas meliput kegiatan-kegiatan calon presiden, khususnya Prabowo. Wisnu juga sempat meliput ketika hasil quick count pemilihan presiden diumumkan dari lokasi pemenangan Prabowo.
2. Distribusi Teks Berita
Pada bagian ini berbicara mengenai bagaimana penyebaran teks itu dilakukan. penyebaran teks berita "bertemu jokowi, petani kendeng ini menangis tuntuannya tak dipenuhi" adalah melalui media online dengan menggunakan perangkat eletronik seperti komputer dan smartphone. Teks berita ini didistribusikan melalui kompas.com yang merupakan portal berita online kompas yang menampilkan berita-berita terkini.Â
Kompas melihat juga kondisi saat ini dimana internet banyak digunakan oleh masyarakat indonesia. Berdasarkan data dari APJII pengguna internet tahun 2016 mencapai 132 juta orang. ketika berita ini disebar melalui kompas.com maka berita ini merupakan berita terkini yang menggunakan bahasa yang singkat dan lugas.
Sebagai media massa digital, Kompas.com melakukan penyebaran atau distribusi informasi melalui jaringan internet, diantaranya melalui website dan juga aplikasi. Kelebihan distribusi melalui jaringan internet adalah kecepatan penyampaian informasi, selain itu Kompas.com aktif mendistribusikan informasi selama 24 jam. Menurut data traffic yang disajikan Alexa.com, 41.512 situs terhubung dengan situs Kompas.com.
3. Konsumsi Teks Berita
Pasar dunia melihat wilayah pasar negara berkembang seperti Asia Tenggara sebagai target penjualan smartphone dengan harga murah, termasuk Indonesia. Di Indonesia, smartphone dengan  harga murah atau di bawah satu juta rupiah dengan mudah dapat ditemukan. Salah satu merek saja memiliki 14 model dengan harga satu juta ke bawah. Ketersediaan dan penetrasi smartphone di Indonesia juga ter meningkat, diikuti harga data yang justru semakin menurun karena perkembangan teknologi dan persaingan operator.Â
Menurut Freischald (2015), harga paket data pada tahun 2015 berada pada kisaran Rp 90.000 untuk 2 GB. Sedangkan pantauan kelompok, penawaran harga paket data saat ini hanya Rp 50.000 untuk 2 GB.
T
rafficestimate menunjukkan bahwa dalam 30 hari terakhir, jumlah kunjungan terhadap situs kompas.com sekitar 35.330.000, dan angka kunjungan bulanan ini terus mengalami kenaikan hingga 16,8% dalam satu tahun. Berdasarkan analisis situs web Alexa.com (2017) Pengunjung portal berita Kompas.com didominasi oleh pengunjung laki-laki, dengan tingkat pendidikan telah menempuh perguruan tinggi
Analisis Makro
1. Situasional.
Situasi sosial dalam berita "Bertemu Jokowi, Petani Kendeng Ini Menangis Tuntutannya Tak Terpenuhi" di Kompas.com, tidak dapat dilepaskan dari konteks yang membangun berita tersebut. Pada saat berita berlangsung, masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai petani di wilayah Kendeng menolak adanya pembangunan serta menginginkan pemberhentian izin operasional PT Semen Indonesia yang dimana pada tanggal 5 Oktober 2016 telah diputuskan oleh Mahkamah Agung. Peristiwa ini secara keseluruhan mendapat pemberitaan yang luas dari berbagai media yang ada di Indonesia termasuk Kompas.com.
2. Institusional
Dalam level institusional, insitusi yang memiliki pengaruh dalam proses praktik produksi wacana dalam hal ini aksi megecor kaki oleh masyarakat Kendeng yang melakukan demonstrasi adalah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN). AMAN merupakan sebuah organisasi kemasyarakatan independen yang terbentuk pada tahun 1999 sesuai dengan Keputusan Kongres Masyarakat Adat Nusantara pertama (KMAN I). Visi dari AMAN adalah untuk mewujudkan kehidupan yang adil dan sejahtera bagi seluruh masyarakat adat di Indonesia.Â
AMAN bekerja di tingkat lokal, nasional, dan internasional, serta memiliki anggota komunitas sebanyak  2.304 yang tersebar di seluruh Indonesia dan memiliki anggota individu yang berkisar 17 juta jiwa (aman.or.id).
Dalam kaitannya dengan petani Kendeng, Gunarti dan petani-petani lain mendapat dukungan langsung dari AMAN karena AMAN turut membahas dan mencari solusi untuk mengatasi ancaman terhadap eksistensi masyarakat adat, termasuk pelanggaran hak asasi, perampasan tanah adat, pelecehan budaya, dan berbagai kebijakan yang mendiskriminasi masyarakat adat. Dalam hal ini, AMAN menilai bahwa Gubernur Kendeng (Ganjar Pranowo) telah melakukan pelanggaran berupa perampasan atas tanah adat karena memberi izin pabrik semen untuk membuka cabang di Kendeng.
Seorang aktivis Kendeng bernama Gunretno yang tergabung dalam Komunitas Sedulur Sikep, pada diskusi karst sekitar seminggu lalu di Wong Caf, Yogyakarta, menyatakan bahwa aksi demonstrasi atau unjuk rasa masyarakat Kendeng ke depan Istana Kepresidenan RI di pelopori dan diarahkan oleh AMAN.Â
AMAN mengajak para petani Kendeng untuk menagih janji dari Presiden Jokowi pada tanggal 2 Agustus lalu, yang menyatakan ingin melakukan pengkajian ulang lingkungan hidup strategis (memerlukan waktu satu tahun) tanpa ada kegiatan apapun di wilayah Pegunungan Kendeng dan memberhentikan izin pengoperasian PT semen Indonesia. Namun ternyata Presiden Jokowi tidak menepati janjinya. Beliau justru menyatakan agar masyarakat Kendeng untuk berkomunikasi terlebih dahulu dengan Gubernur Kendeng (Ganjar Pranowo) mengenai hal tersebut.
3. Sosial.
Dalam berita ini, Presiden Jokowi digambarkan acuh dan secara gamblang penulis (wartawan) menyatakan kritiknya terhadap Pemerintahan Presiden Jokowi dimana sebagai seorang pemimpin seharusnya memperhatikan keadaan masyarakat. Kompas.com seolah-olah memisahkan dua kelas, dimana satu pihak Jokowi sebagai Pemerintah yang memegang kekuasaan dan pemberi keputusan tertinggi, serta petani Kendeng yang tidak memiliki power terhadap keputusan pemerintah.Â
Kepentingan politik juga terlihat dari bagaimana seorang Jokowi diperlihatkan sebagai figur yang baik dan sering dijadikan tempat pencurahan aspirasi rakyat secara langsung, salah satunya seperti tindakan mengecor kaki di seberang istana dalam rangka menolak izin operasional PT Semen Indonesia di Kendeng.
Aksi demonstrasi, telah dilakukan sejak tahun 1966 (akhir era orde lama masa pemerintahan Presiden Soekarno) oleh sekelompok mahasiswa pada saat itu karena permasalahan ekonomi bangsa Indonesia yang dinilai semakin buruk (krisis moneter). Aksi demonstrasi terbesar yang pernah dilakukan di Indonesia ada pada Tragedi 98, dilakukan oleh seluruh mahasiswa Indonesia secara serempak untuk menunrunkan Soeharto dari posisi kepresidenan Republik Indonesia (masa orde baru) (NN, ND). Kebiasaan untuk melakukan aksi unjuk rasa atau demonstrasi ini pun terus berlanjut hingga saat ini.Â
Dalam aksi unjuk rasa dalam berita ini, petani-petani Kendeng melakukan aksi dengan menggunakan metode atau cara mengecor kaki mereka dengan semen sebagai bentuk ketidaksetujuan mereka terhadap pembangunan pabrik di daerahnya. Semen di pakai sebagai alat untuk menunjukkan aksi protes karena pabrik yang hendak di bangun di Kendeng adalah pabrik semen. Jika yang di bangun adalah pabrik lain, bisa jadi metode yang dilakukan berbeda pula (tidak dengan semen).
Jika melihat dari wilayahnya, masyarakat Kendeng merupakan daerah salah satu pengikut dari ajaran Samin yang pernah melakukan aksi isolasi diri pada tahun 70-an. Dengan demikian, terdapat kemungkinan bahwa aksi demonstrasi atau unjuk rasa dengan melakukan pengecoran ini merupakan salah satu produk atau hasil dari budaya suku Samin.Â
Suku Samin merupakan suku yang dapat dikatakan cukup primitif karena masih berpegang teguh terhadap ajaran-ajaran Samin Surosentiko (penyebar ajaran). Samin Surosentiko menyebarkan ajaran untuk tidak melakukan perlawanan dengan kekerasan. Ajaran-ajaran dalam paham atau suku ini ialah untuk tidak bersekolah, memakai 'iket' (semacam ikat kain yang lebih mirip dengan orang Jawa pada zaman dahulu), tidak berpoligami, dan yang paling penting mereka menolak kapitalisme karena dalam ajaran mereka ada larangan untuk berdagang.Â
Selain itu, dalam pokok ajaran Samin (sebutan untuk pengikut Samin) terdapat sebuah ajaran dimana Saminisme dilarang untuk mengambil milik orang lain (idsejarah.net). Hal ini kemudian dapat kaitkan dengan berita "Bertemu Jokowi, Petani Kendeng Ini Menangis Tuntutannya Tak Dipenuhi" ini, kalau tanah mereka tidak boleh di ambil oleh PT Semen Indonesia karena terkait ajaran tersebut. Dan seperti yang dinyatakan sebelumnya, suku Samin menolak adanya kapitalisme atau perdagangan dalam bentuk menghasilkan uang. Dalam permasalahan ini tentu ada pihak yang pro dan kontra.Â
Masyarakat yang pro adalah masyarakat yang sudah tidak menganut Saminisme lagi, sedangkan yang kontra adalah masyarakat yang masih menganut Saminisme, yang dimana masih terdapat suatu karakter Samin yaitu skeptis. Sikap terhadap lingkungan mereka selama ini hanya memanfaatkan lingkungan secukupnya, karena hal ini sesuai dengan pikiran masyarakat Samin yang cukup hidup dengan sederhana dan tidak berlebihan. Maka, jelas jika mereka menolak ini, karena memang terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran-ajaran mereka. Orang yang ketemu dengan Jokowi adalah yang kontra terhadap pembangunan PT Pabrik Semen Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H