Mohon tunggu...
LangitBiru
LangitBiru Mohon Tunggu... Ilmuwan - Mahasiswa

POST-STRUCTURISM

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Analisis Wacana: Representasi Presiden Jokowi di Berita Terkait Persoalan Tanah Kendeng

3 Juli 2020   15:17 Diperbarui: 3 Juli 2020   15:10 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

AMAN mengajak para petani Kendeng untuk menagih janji dari Presiden Jokowi pada tanggal 2 Agustus lalu, yang menyatakan ingin melakukan pengkajian ulang lingkungan hidup strategis (memerlukan waktu satu tahun) tanpa ada kegiatan apapun di wilayah Pegunungan Kendeng dan memberhentikan izin pengoperasian PT semen Indonesia. Namun ternyata Presiden Jokowi tidak menepati janjinya. Beliau justru menyatakan agar masyarakat Kendeng untuk berkomunikasi terlebih dahulu dengan Gubernur Kendeng (Ganjar Pranowo) mengenai hal tersebut.

3. Sosial.

Dalam berita ini, Presiden Jokowi digambarkan acuh dan secara gamblang penulis (wartawan) menyatakan kritiknya terhadap Pemerintahan Presiden Jokowi dimana sebagai seorang pemimpin seharusnya memperhatikan keadaan masyarakat. Kompas.com seolah-olah memisahkan dua kelas, dimana satu pihak Jokowi sebagai Pemerintah yang memegang kekuasaan dan pemberi keputusan tertinggi, serta petani Kendeng yang tidak memiliki power terhadap keputusan pemerintah. 

Kepentingan politik juga terlihat dari bagaimana seorang Jokowi diperlihatkan sebagai figur yang baik dan sering dijadikan tempat pencurahan aspirasi rakyat secara langsung, salah satunya seperti tindakan mengecor kaki di seberang istana dalam rangka menolak izin operasional PT Semen Indonesia di Kendeng.

Aksi demonstrasi, telah dilakukan sejak tahun 1966 (akhir era orde lama masa pemerintahan Presiden Soekarno) oleh sekelompok mahasiswa pada saat itu karena permasalahan ekonomi bangsa Indonesia yang dinilai semakin buruk (krisis moneter). Aksi demonstrasi terbesar yang pernah dilakukan di Indonesia ada pada Tragedi 98, dilakukan oleh seluruh mahasiswa Indonesia secara serempak untuk menunrunkan Soeharto dari posisi kepresidenan Republik Indonesia (masa orde baru) (NN, ND). Kebiasaan untuk melakukan aksi unjuk rasa atau demonstrasi ini pun terus berlanjut hingga saat ini. 

Dalam aksi unjuk rasa dalam berita ini, petani-petani Kendeng melakukan aksi dengan menggunakan metode atau cara mengecor kaki mereka dengan semen sebagai bentuk ketidaksetujuan mereka terhadap pembangunan pabrik di daerahnya. Semen di pakai sebagai alat untuk menunjukkan aksi protes karena pabrik yang hendak di bangun di Kendeng adalah pabrik semen. Jika yang di bangun adalah pabrik lain, bisa jadi metode yang dilakukan berbeda pula (tidak dengan semen).

Jika melihat dari wilayahnya, masyarakat Kendeng merupakan daerah salah satu pengikut dari ajaran Samin yang pernah melakukan aksi isolasi diri pada tahun 70-an. Dengan demikian, terdapat kemungkinan bahwa aksi demonstrasi atau unjuk rasa dengan melakukan pengecoran ini merupakan salah satu produk atau hasil dari budaya suku Samin. 

Suku Samin merupakan suku yang dapat dikatakan cukup primitif karena masih berpegang teguh terhadap ajaran-ajaran Samin Surosentiko (penyebar ajaran). Samin Surosentiko menyebarkan ajaran untuk tidak melakukan perlawanan dengan kekerasan. Ajaran-ajaran dalam paham atau suku ini ialah untuk tidak bersekolah, memakai 'iket' (semacam ikat kain yang lebih mirip dengan orang Jawa pada zaman dahulu), tidak berpoligami, dan yang paling penting mereka menolak kapitalisme karena dalam ajaran mereka ada larangan untuk berdagang. 

Selain itu, dalam pokok ajaran Samin (sebutan untuk pengikut Samin) terdapat sebuah ajaran dimana Saminisme dilarang untuk mengambil milik orang lain (idsejarah.net). Hal ini kemudian dapat kaitkan dengan berita "Bertemu Jokowi, Petani Kendeng Ini Menangis Tuntutannya Tak Dipenuhi" ini, kalau tanah mereka tidak boleh di ambil oleh PT Semen Indonesia karena terkait ajaran tersebut. Dan seperti yang dinyatakan sebelumnya, suku Samin menolak adanya kapitalisme atau perdagangan dalam bentuk menghasilkan uang. Dalam permasalahan ini tentu ada pihak yang pro dan kontra. 

Masyarakat yang pro adalah masyarakat yang sudah tidak menganut Saminisme lagi, sedangkan yang kontra adalah masyarakat yang masih menganut Saminisme, yang dimana masih terdapat suatu karakter Samin yaitu skeptis. Sikap terhadap lingkungan mereka selama ini hanya memanfaatkan lingkungan secukupnya, karena hal ini sesuai dengan pikiran masyarakat Samin yang cukup hidup dengan sederhana dan tidak berlebihan. Maka, jelas jika mereka menolak ini, karena memang terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran-ajaran mereka. Orang yang ketemu dengan Jokowi adalah yang kontra terhadap pembangunan PT Pabrik Semen Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun