Udara pagi kali ini terasa berbeda, begitu dingin menyengat sampai ke tulang ku padahal tadi malam tidak hujan.Â
brrr.. uft ku sedekapkan kedua tanganku ke dalam sweater tebal, gak kuaaatt.
"...Buteeeetttt" suara siapa ini, pagi udah bikin bising pikir ku
"kamu kok gk bangunin aku sih tet, aku jadi kesiangan nih",Â
begitu katamu setelah kau berhasil menyusulku. Aku cuma senyum liat kamu terengah, & ku elus perut buncit mu.
"abis kebiasaan kamu bie, di bangunin ratusan kali sampe pegel, mana ada kamu bangun. Kamu silent hp kamu..?"
"hehehe.. gk, tp gk denger", tanpa dosa wajahmu mengatakan itu. iihhh sebel
Kita jalan beriringan, sambil sekali aku elus perut mu yang buncit itu. Lucu lihat kamu, suka dengan tubuh ndut mu, hingga kadang aku panggil kamu "Ndut, Goulom" 1 karakter dari game yang sedang booming, COC :)
---------------------------
"Abie, bagaimana?" tanya ku di sore ini
"bagaimana apa?", polosnya kamu menjawab.
"tentang apa? tentang yang kita bicarakan tadi malam, yang kita obrolkan sampai hampir subuh itu"?! nada ku sedikit meninggi
"oh itu..?" hanya itu ucapan mu, namun ku lihat perubahan dalam raut wajahmu.
Aku tahu kamu pun pasti tak tahu harus berbuat apa, tak tahu jalan mana yang akan di ambil.
Kau elus lembut rambut ku & kau genggam jemariku seraya berkata,
 "butet, seperti yang kita bicarakan tadi malam. Aku sayaaaang banget sama kamu, tapi orang tua ku tak mengizinkan aku untuk mengalah dalam keputusan penting ini, karena bagaimana pun juga kalau kita menikah, aku akan menjadi kepala keluarga."
"Orang tua ku tak mempermasalahkan perbedaan umur kita yang terpaut jauh, tapi keyakinan ..? itu tidak mungkin butet."
"bagaimana dengan orang tua mu,"? tanyamu
"mereka pun tidak mempermasalahkan tentang kita, mereka sudah suka dengan kamu. Tapi mereka pun berharap, aku tetap dengan keyakinanku, demi mereka."Â
ku menunduk, berusaha mengatur nafas ku yang seperti tercekat setiap membicarakan hal ini.
Ach, Tuhan.. Mengapa KAU pertemukan kami & mengijinkan kami saling jatuh cinta, tapi pada akhirnya kami disadarkan ada perbedaan yang sangaaat dalam antara kami. ada jurang yang tak mungkin kami bangun jembatan untuk menyeberanginya.
Ada benteng yang tak akan mungkin kami runtuhkan, karena kekuatannya.
Aku pasrah.... pasrah & mulai menyerah,,,,,,
Perlahan ku rasakan basah di tanganku, ach kembali kamu meneteskan air mata setiap kita membicarakan hal ini. membuat ku pun tak mampu membendung rasa sedih ku, karena aku pun tak tahu jalan apa yang harus ku ambil. kekerasan hati kita yang ingin tetap memempertahankan keyakinan masing², menemukan jalan buntu di 2 tahun hubungan kita.Â
Hingga hanya ada satu kalimat yang terucap dari bibirku, di percakapan kita kali ini "Aku juga sayang kamu, abie"..!!Â
bersama derasnya air mataku, kita pun terdiam seribu bahasa, saling menggenggam erat tak ingin terpisah.
Perlahan sayup - sayup suara dari warung kejahuan sana, terdengar lagu yang seakan sangat mengerti apa yang kami rasakan.
Membuat kami semakin tenggelam dalam kesedihan.
"Tuhan, memang satu. kita yang tak sama. Haruskah aku lantas pergi, meski cinta tak kan bisa pergi"
..........................................................................................................
#baseonatruestory
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H