Mohon tunggu...
Lanang Irawan
Lanang Irawan Mohon Tunggu... Lainnya - Senang membaca dan berbagi tulisan.

Kedipan nyalakan bara, lelapnya pulaskan renjana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Daun Singkong Pelacur

19 Juli 2020   17:32 Diperbarui: 19 Juli 2020   17:29 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bawalah ini, Neng. Makanlah sembari mengingat apa yang Mak katakan. Rasakan pesan-pesan kehidupan yang dibawa melalui kehalusan serat-seratnya."

Kini daun singkong itu teronggok di dalam tas modis si perempuan muda, tampak seperti wajah si empunya, layu dan tak berdaya. Daun singkong layu karena panas matahari, si nona layu sebab egonya terbakar kata-kata Mak Subaeti.

****

Azan Zuhur baru berkumandang saat Gea memasak daun singkong pemberian si nenek tua. Wajah perempuan yang hidup jauh dari orang tua tersebut masih sendu, teringat omongan si pemberi yang begitu jelas dan berulang-ulang dalam benaknya.

"Pelacur? Harga diri? Sia-sia?" Seperti mantra, kalimat itu ia tanyakan pada jiwa sendiri berkali-kali. Ia memakan lodeh daun singkong yang sudah matang itu dengan air mata merumbai.

Setiap sayur tersebut masuk mulut, Gea merasakan sesuatu dalam dirinya tercabut. Jalan-jalan kelam kehidupan yang sengaja ia lewati dipampangkan hipokampus dalam otaknya. Si nona tersedu, marah kepada diri, sehingga membuat sendok berdenting dan mangkuk pecah karena tersenggol jatuh.

Gea memburu sayur daun singkong yang jatuh ke lantai itu, memungut satu-satu dan langsung memakannya. Ia memperlakukan lembaran daun singkong tersebut bagai selembar dirinya yang sering ia sia-siakan.

Sesungguhnya kehidupan perempuan itu lebih dari cukup, jauh lebih mapan dari Mak Subaeti. Tak tanggung-tanggung, ia bekerja di sebuah PT ternama sebagai kepala supervisor. Gaji cukup untuk hidup normal dan mandiri. Tidak ada alasan ia harus menambah penghasilan dengan melacurkan diri.

Namun, ia masih saja terlecah ke dalam jurang itu. Dituntut pemuasan syahwat, ia sering merasa tertantang menaklukkan setiap lawan jenis di tempat tidur. Asal ia mau, siapapun lelakinya tak perlu bayar.

Malam tadi, perempuan berusia dua puluh sembilan tahun ini ketemuan dengan lelaki yang seminggu lalu ia kenal, pemuda tampan yang masih menjadi karyawan training di perusahaan. Gea begitu terpikat, setiap melihat badan kekar sang pemuda ia suka mengkhayal yang iya-iya.

Pemuda itu terlihat lugu. Dalam khayalan, orang seperti itu akan mudah dirayu kemudian tunduk menjadi budaknya. Siapa tahu, kali ini Gea mengintai mangsa yang salah. Jangankan tertarik, si pemuda malah memandangnya jijik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun