Mohon tunggu...
Lanang Irawan
Lanang Irawan Mohon Tunggu... Lainnya - Senang membaca dan berbagi tulisan.

Kedipan nyalakan bara, lelapnya pulaskan renjana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Daun Singkong Pelacur

19 Juli 2020   17:32 Diperbarui: 19 Juli 2020   17:29 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Baiklah, Nek. Saya beli semua daun singkongnya, ya. Biar nenek bisa pulang istirahat."

Kalau pedagang lain mungkin sudah senang mendengarnya, namun Mak Subaeti bukan semata berdagang. Ia akan sakit hati, jika daun dari singkong yang ia tanam dan petik sendiri disia-siakan orang.

"Loh, loh. Nanti dulu, Neng geulis. Buat apa beli banyak-banyak? Sayang daun singkongnya nanti tidak habis dimakan."

Emosi yang tadi terkendali kini bubar kembali, si perempuan muda di depannya merasa dipermainkan. Ia memberengut dan berkata kesal,

"Duh, Nek! Niat jualan gak sih? Dikasih uang tidak mau, dibeli dagangannya tidak mau. Ya sudah saya tak jadi. Permisi!

Badan ramping itu hampir berpaling, tapi Mak Subaeti segera menahan lengannya.

"Bukan begitu, Neng, tapi Mak sudah melacurkan mereka, bagaimanapun Mak lebih rela jika daun singkong itu dimakan domba ketimbang disia-siakan." Wajah keriput itu sendu, tapi cahaya keemasan seperti terpancar darinya. Si nona terpesona. Sedang dadanya terhantam sesuatu yang lebih halus dari udara, namun lebih berat dari gada.

"L-lacur?" Ia terbata.

"Betul, Neng. Sebelum dikhususkan sebagai manusia, bukankah Mak dan daun singkong itu sama? Sama-sama makhluk ciptaan-Nya. Hanya karena Mak jadi manusia, Mak seakan punya kendali untuk mengapakan daun singkong tersebut, termasuk menjual dirinya. Apa jadinya perasaan pelacur yang dihinakan pembelinya?"

Si nona merunduk menyerupai kelayuan daun singkong di lapak Mak Subaeti. Sekarang sesuatu itu bukan hanya menghantam, tapi meremas-remas jantungnya. Ia sesak dan terisak pelan.

Sedangkan Mak Subaeti yang penglihatannya sudah berkurang itu tidak tahu apa yang terjadi, ia beranjak ke lapak dan mengambil seikat daun singkong, kemudian memberikannya kepada si nona tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun