Mohon tunggu...
Lunna See
Lunna See Mohon Tunggu... -

"Pergilah ke mana hati membawamu" // Facebook : Lunna See

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Janda Kembang!

29 November 2015   11:56 Diperbarui: 29 November 2015   21:00 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku masih menunggu. Sumi tak jua muncul. Aku berdebar. Permainan gila macam apa yang barusan aku saksikan?

Aku gemetar.

"Sudah selesai, mas".
Bisikan suara Sumi mengagetkan ku. Lega sekaligus berdebar.

"Dia sudah mati, mas"
Aku terkesiap.

"Dia yang membunuh suamiku. Dia menginginkanku. Tapi sekarang dia sudah mati menjilati racun yang ada di sekujur badanku. Mampus dia, mas!"
Tiba-tiba aku ngeri. Aku merinding. Rasanya aku ingin kabur dari perempuan di depanku ini.

"Jangan takut, mas".
Dia berbisik di telingaku.

"Kamu saksi satu-satunya". Lanjutnya.

"Kita semua juga akan mati".
Katanya lagi.

Sumi mendekatiku. Memberiku sebuah kecupan di pipi. Kemudian memelukku.

"Aku mencintaimu, mas..."
Desahnya.

Untuk sesaat aku terhipnotis. Sebelum akhirnya aku sadar dengan rasa sakit yang menghujam jantungku. Sumi menusukku. Ia memutar pisau yang tertancap di dadaku. Lalu mencabutnya. Dan menghujamkanya di perutnya. Kemudian ia akhiri dengan sekali besetan. Perutnya robek. Matanya melotot.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun