Aku masih menunggu. Sumi tak jua muncul. Aku berdebar. Permainan gila macam apa yang barusan aku saksikan?
Aku gemetar.
"Sudah selesai, mas".
Bisikan suara Sumi mengagetkan ku. Lega sekaligus berdebar.
"Dia sudah mati, mas"
Aku terkesiap.
"Dia yang membunuh suamiku. Dia menginginkanku. Tapi sekarang dia sudah mati menjilati racun yang ada di sekujur badanku. Mampus dia, mas!"
Tiba-tiba aku ngeri. Aku merinding. Rasanya aku ingin kabur dari perempuan di depanku ini.
"Jangan takut, mas".
Dia berbisik di telingaku.
"Kamu saksi satu-satunya". Lanjutnya.
"Kita semua juga akan mati".
Katanya lagi.
Sumi mendekatiku. Memberiku sebuah kecupan di pipi. Kemudian memelukku.
"Aku mencintaimu, mas..."
Desahnya.
Untuk sesaat aku terhipnotis. Sebelum akhirnya aku sadar dengan rasa sakit yang menghujam jantungku. Sumi menusukku. Ia memutar pisau yang tertancap di dadaku. Lalu mencabutnya. Dan menghujamkanya di perutnya. Kemudian ia akhiri dengan sekali besetan. Perutnya robek. Matanya melotot.