Sum.. Sum.. Candaan macam apa yang sedang kamu lontarkan kepadaku? Bukan aku yang pilih-pilih, tapi tak ada yang sudi dengan jejaka bau lutung macam aku, Sum. Yang kerjaanya nyari pakan kambing dari kebon ke kebon, dari hutan ke hutan..
Lagian siapa yang nggak mau nikah? Aku juga kepingin. Kepingin sekali malahan. Tapi apakah pernikahan semudah kalimat yang meluncur begitu saja dari bibir merahmu? Kamu juga tau jawabanya, Sum.
"Mas, apakah menurutmu kematian suamiku ada yang aneh?"
Inilah pertanyaan Sumi yang membuat aku tak mampu menjawab. Tapi kepalaku mengangguk-angguk tanda "Iya". Ada yang aneh dengan kematian suaminya.
"Sejak awal aku sudah curiga, mas. Bagaimana mungkin orang mati masih mengeluarkan darah dari mulutnya, dan anu, mas..."
"Apa, Sum?"
Aku tak sabaran.
"Aku melihat ada tiga buah jarum yang keluar bersamaan dengan darah dari mulutnya..."
Lanjutnya.
Aku terbelalak. Inilah jawaban dari kecurigaanku selama ini. Lantas siapa yang melakukan?
"Mas, mas Paidi mau bantu aku kan?"
Tanyanya.
"Ya, Sum. Bantu apa?"
Aku makin penasaran.
"Nanti malam temani aku ya, Mas. Kita ketemu di sini"
Sumi berbisik.