Mohon tunggu...
lalu salappudin
lalu salappudin Mohon Tunggu... Guru - lahir di Mataram

descargar musica gratis online descargar musica gratis de youtube Menyukai musik slow

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Amaq Stowek

8 November 2018   12:09 Diperbarui: 8 November 2018   12:09 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Tuhan, inikah tempatMu itu? Ha...ha...ha," seru Amak Stowek tertawa kegirangan. Ia tertawa lepas tanpa kendali. Ha...ha...ha... Aku telah menemukan tempat Mu Tuhan....! Teriak Amak Stowek. Aku mencariMu ke sana kemari, ternyata Kau ada di sini Tuhan. Ha..ha...," tawa Amak Stowek. "Aku akan segera mendekatiMu Tuhan dan akan memprotes segala ketidakadilanMu Tuhan," seru Amak Stowek. "Aku akan meminta keadilanMu dan meminta segala yang kuinginkan. Aku ingin tubuhku sempurna dan aku ingin menjadi raja dan kaya raya, ha...ha..." kata Amak Stowek bicara sendirian.

Dengan penuh semangat, Amak Stowek segera melangkahkan kakinya menuju Bukit Tuhan yang ia cari itu. Tak ada lagi rasa capek dan lelah yang ia rasakan. Seperti tak ada beban lagi yang ada di pundaknya. Ia merasa sudah bertemu dan dekat dengan Tuhan. Ia sudah tidak sabar lagi. Sekencang kancil ia melangkah, tapi bukit itu tetap saja masih di depannya dengan jarak yang tetap. Terus, ia langkahkan kakinya menuju bukit itu. Tapi, tak kunjung tiba seperti jarak semula yang ia rasakan. Semakin jauh ia melangkah, semakin jauh pula jarak bukit yang ia rasakan. Amak Stowek jadi bingung. Ia tak percaya dengan hal ini. Namun, ia masih tetap berusaha mendekati bukit itu, tapi tetap saja jarak yang ia rasakan tidak semakin dekat. Hingga akhirnya, Amak Stowek merasa hampir putus asa. Ia telah berjalan cepat mendekati bukit itu hampir satu hari lamanya semenjak ia melihat bukit itu.

"Ada apa gerangan dengan Bukit Tuhan ini?" tanyanya dalam hati.

"Oh, Tuhan. Aku telah merasa dekat denganMu tapi, Engkau menjauh terus. Katakan Tuhan, mengapa Engkau menjauh teruuuuuuus," teriak Amak Stowek setengah putus asa. "Pluk, gerr..........." bunyi tubuh Amak Stowek terjungkal dan jatuh ke tanah. Ia pingsan tak sadarkan diri. Di tengah-tengah ketidaksadarannya itu, Amak Stowek didatangi oleh Papuk Toak yang pernah menyuruh ia datang ke Bukit Tuhan itu.

"Amak Stowek, lihatlah aku," seru Papuk Toak itu. Dengan kaget Amak Stowek menatap Papuk Toak itu. "Kau tidak boleh mengotori niatmu kalau kau ingin bertemu Tuhan. Hatimu harus bersih dan tidak tergoda oleh bisikan setan!" seru Papuk Toak. Sekarang kemarilah kamu. Duduk di sampingku!" pinta Papuk Toak. Segera Amak Stowek mengikuti permintaan Papuk Toak. Ia duduk di sampingnya. Beberapa saat kemudian, sekujur tubuh Amak Stowek disirami air panas. Ia teriak kesakitan. Seluruh tubuhnya terasa terkelupas. Setelah itu, tubuh Amak Stowek disirami lagi dengan air dingin. Sekujur tubuhnya terasa dingin seperti es. Namun, tiba-tiba, tubuh Amak Stowek menjadi sempurna. Ia bahagia bukan kepalang. Diamati tubuhnya, terasa senang di hatinya. Ia berucap syukur pada Tuhan atas pertolongan yang diberikan kepadanya.

"Amak Stowek," seru Papuk Toak. Janganlah kau menyombongkan diri atas segala yang diberikan Tuhan padaMu. Sesungguhnya, apa yang diberikan Tuhan itu merupakan nikmat sekaligus ujian bagimu. Oleh karena itu tetaplah bersabar atas ujian dan bersyukurlah selalu atas nikmat yang diberikan!" nasehat Papuk Toak itu. Amak Stowek mengangguk-angguk.

"Puk, kalau boleh saya tahu, Tuhan ada di mana? Mana Bukit Tuhan itu?" tanya Amak Stowek. " Bukit Tuhan itu ada di hatimu. Sedangkan Tuhan ada di mana-mana. Saat hatimu mengingat Tuhan, maka kau telah berada di Bukit Tuhan dan bersama dengan Tuhan. Jadi jangan lagi kau tanyakan tempat Tuhan karena kamu sudah tahu di mana tempat Tuhan," imbuh Papuk Toak. Amak Stowek pun mengangguk-angguk.

"Tapi, saya harus menyampaikan pesan dan salam buat Tuhan. Bagaimana saya harus menyampaikannya?" tanya Amak Stowek. "Katakan pada orang yang memberikan salam pada Tuhan itu," kata Papuk Toak. "Orang yang rajin sholat hingga berbekas di dahi dan di batu tempat sholatnya itu akan dimasukkan ke neraka paling bawah karena ia telah menyombongkan kedekatannya dengan Tuhan. Seharusnya, ia tetap rendah hati dan tidak merasa paling alim dan mulia.

"Lalu, bagaimana dengan perampok yang kutemui di tengah hutan itu?" tanya Amak Stowek. "Perampok itu akan dimasukkan ke surga paling tinggi karena mereka telah menyadari kesalahannya setelah bertemu denganmu. Mereka tidak pernah merasa lebih baik dari orang lain," jawab Papuk Toak itu. "Lalu bagaimana aku harus meyakinkan mereka?" tanya Amak Stowek." Katakan padanya, bahwa aku adalah pesuruh Tuhan yang ditugaskan untuk menyampaikan jawaban ini," kata Papuk Toak itu. "Baiklah kalau begitu, saya akan menyampaikan pesan itu," kata Amak Stowek.

Tiba-tiba Papuk Toak itu memegang tubuh Amak Stowek dan melemparkannya jauh. "Pruk," bunyi tubuh Amak Stowek jatuh di hutan rimba. Ia tersadar. "Ah, ternyata aku sedang bermimpi," kata Amak Stowek. Ia begitu kaget melihat tubuhnya yang telah sempurna terlebih lagi, ternyata ia telah berada di tengah hutan. Ia bangkit dan mengucap rasa syukur pada Tuhan. Segeralah ia melanjutkan perjalanan pulang. Tak lagi ia gunakan tongkat untuk berjalan. Tak lagi berjalan terpincang-pincang. Kini langkahnya tegap dan sempurna.

Perjalanan memasuki hutan keluar hutan, menyeberangi sungai, melewati semak, dan melewati bukit kembali ia lakukan. Hingga tanpa sengaja, bertemu kembali dengan gerombolan perampok itu. Namun, kondisi perampok itu telah berbeda dengan pertemuan sebelumnya. Kini para perampok itu sedang bertani dan berladang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun