Bahkan dengan kenyataan perusahaan komersial besar seperti Tesla, yang 'gigafactory'nya di Shanghai diperkirakan akan meningkatkan produksi dalam waktu dekat, kini telah mengalami anjlokan signifikan pada nilai saham mereka. Selain itu, perusahaan-perusahaan otomotif lain kian menyusul dalam hal produksi mobil listrik. BYD misalnya, diperkirakan dapat mengambil alih dominasi Tesla di pasar kendaraan elektrik.
Selain itu, terdapat kemungkinan besar bahwa banyak negara penerima hutang Tiongkok tidak akan pernah mampu membayar utang BRI mereka. Ini mengingat negara-negara termiskin di dunia berkembang secara jauh lebih lambat dibandingkan negara-negara kaya.
Beberapa orang yang terlibat dalam investasi Tiongkok di Afrika menyatakan bahwa persyaratan hutang Tiongkok mungkin ketat, namun mereka masih dapat memberikan keuntungan bagi Afrika. Bahkan terlepas dari perjanjian yang eksploitatif pun, skema pemberian hutang oleh BRI sebenarnya juga menghasilkan keuntungan bagi sebagian orang. Ingat, sebagian orang.
Namun seperti yang diketahui oleh masyarakat di negara-negara dimana proyek-proyek BRI dilaksanakan, tetap saja terdapat banyak penolakan terhadap proyek-proyek yang dibayar dengan kredit Tiongkok tersebut. Hal ini terutamanya disebabkan oleh kecemburuan sosial di kalangan kelas menengah-bawah lokal, dimana, pekerja negara asal yang dianggap low-skilled tak jarang digantikan posisinya oleh para pekerja migran dari Tiongkok.Â
Sementara lainnya yang tidak bekerja sama sekali, merasa pemerintah mereka telah mengkhianati bangsanya sendiri karena membiarkan mereka menderita dalam kemiskinan sementara pintu menuju lowongan pekerjaan dibuka selebar-lebarnya untuk pekerja asing. Selain itu, terdapat juga suatu prospek bahwa aset-aset negara bisa jadi akan diakuisisi oleh Tiongkok jika terjadi gagal bayar.
Kesimpulan
Terlepas dari itu semua, kredit dari Tiongkok akan tetap siap untuk digunakan oleh puluhan negara berkembang, setidaknya untuk saat ini dan beberapa tahun kedepan. Proyek-proyek tetap akan dibangun dan semua itu tersedia dengan mengorbankan hutang. Betapa baiknya jika pemerintah bisa lebih bijak lagi dalam mempertimbangkan, tidak hanya keuntungan negara untuk jangka pendek namun juga keuntungan untuk jangka panjang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H